“Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!”
(Mazmur 34:8)
Pagi itu cuaca cerah, sinar matahari menghangatkan tubuh Eli dan ibunya yang sedang duduk di halaman rumah. Mereka selalu menikmati suasana ini. Sesekali terlihat mereka tertawa melihat kicau burung yang mengundang teman-temannya menghabiskan butir-butir beras di teras yang sengaja ditabur oleh Eli.
Selalu bersyukur, itulah yang ingin Eli ingat setiap kali menabur segenggam beras dan melihat burung-burung itu datang. Burung-burung yang bebas, yang tidak menabur dan tidak menuai, tetapi dipelihara oleh Sang Pencipta.
Eli pernah mencoba menghitung berkat yang tercurah dalam hidupnya. Ternyata ia tidak pernah selesai melakukannya. Setiap malam, ketika ia merenungkan kejadian hari itu, selalu ada berkat yang diterimanya. Bahkan kalau ia peka, ia dapat melihat berkat itu terbungkus di dalam kesulitan atau masalah yang sedang dihadapinya.
Sahabat, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mensyukuri berkat yang Tuhan berikan kepada kita setiap hari?
Sebagai makhluk hidup, kita diberi udara segar, kehangatan mentari pagi, merdunya kicau burung, sejuknya embusan angin, dinginnya saat hujan, indahnya pelangi di cakrawala, cerahnya langit biru, harumnya bunga di taman. Semua itu diberikan dengan cuma-cuma oleh Sang Pemelihara Hidup.
Sebagai bagian dari keluarga, kita mendapat sapaan ramah anggota keluarga, perhatian, kehangatan, keterbukaan, keharmonisan, dan kejutan-kejutan manis yang membahagiakan. Semua muncul dari pemberian Sang Pencipta dan juga usaha tiap anggota untuk melakukannya.
Sebagai bagian dari masyarakat, kita diberi sahabat yang baik, bumi yang indah dan subur, tetangga yang ramah, teman dengan beragam sifat dan kebiasaan, rasa toleransi dan belas kasihan yang sudah meresap sejak lahir. Semua itu turut membentuk hidup kita.
Sahabat, memang keadaan tidak selalu berjalan mulus dan sesuai dengan kemauan kita. Apalagi semua hal memiliki dua sisi, positif atau negatif. Kitalah yang menentukan pilihan itu, dan setiap pilihan pasti punya akibat, konsekuensi atau hasil.
Mari kita coba menghitung berkat-Nya. Pertama, ketika kita dilahirkan dan menjadi dewasa di dalam sebuah keluarga.
Kita dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang tidak bisa kita pilih, tetapi di mana pun kita berada, kita menjadi anggota yang sangat berharga, khususnya bagi orangtua kita, kakek-nenek kita, kakak-adik kita. Apa yang kita rasakan menyatu
dengan perasaan mereka. Mereka bahagia ketika kita bahagia. Mereka sedih ketika kita sedih.
Kedua, ketika kita berada dalam kumpulan keluarga ‘Anak Tuhan GKI PI’. Kita yang ikut anggota keluarga atau teman, atau yang memilih tempat untuk beribadah kepada Tuhan. Di sana kita bertemu dan bersahabat dengan banyak anak Tuhan dan bersama melangkah dan melayani dalam kasih. Di sana kita lebih mengerti ‘apa arti kita’ bagi Tuhan.
Begitu berharga kita di mata-Nya, sehingga Dia menjaga kita sebagai biji mata-Nya. Kasih dan penyertaan Tuhan merupakan salah satu berkat Tuhan yang patut kita syukuri. Karena itu, mari membangun diri untuk menjadi berkat buat sesama. Tuhan beserta kita.
***
Evelyn Sutedjo