Perjamuan Kudus di Hari Natal



-sebuah opini memaknai perayaan gerejawi-

Perjamuan Kudus di hari Natal Tidak seperti biasanya Perjamuan Kudus yang dilaksanakan pada Kebaktian Tutup Tahun, kali ini diselenggarakan pada Hari Natal. ‘Tidak seperti biasanya’ sebenarnya adalah ungkapan yang kurang tepat, karena hal ini akan dilaksanakan untuk seterusnya, sejak saat ini.

Tulisan yang diangkat dari bahan diskusi teologi ini bertujuan untuk mengulas kapan sebaiknya Perjamuan Kudus dilaksanakan, apa alasannya, dan bagaimana praktiknya selama ini. Diharapkan juga mampu menjawab pertanyaan mengapa jadwal penyelenggaraan serta frekuensi Perjamuan Kudus di GKI PI berubah dari biasanya.
 
Perjamuan Malam
Yesus menyelenggarakan Perjamuan Malam bersama murid-murid-Nya. Perjamuan ini dilangsungkan untuk memperingati Hari Raya Paska, yakni hari di mana Tuhan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir dan membawa mereka keluar dari sana menuju ke negeri perjanjian yang telah disiapkan-Nya bagi mereka.
 
Arti Baru Perjamuan Paska
Dalam Perjamuan Malam itu Yesus memberikan arti baru bagi Perjamuan Paska setelah itu dan mengingatkan para murid-Nya agar terus menyelenggarakan perjamuan ini untuk mengingat dan mengenang pengorbanan-Nya di kayu salib dan juga kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Hal itu dimaksudkan agar para murid senantiasa ingat, sadar, dan memahami bahwa melalui hal itu mereka dan segenap umat manusia yang mau percaya kepada-Nya memperoleh anugerah penebusan dan pembebasan dari belenggu maut. Dengan demikian diharapkan para murid terpanggil untuk berani memberitakan kabar baik ini dengan percaya diri, kesetiaan serta kewibawaan yang penuh. agar makin banyak orang menjadi percaya dan diselamatkan.
 
Peringatan yang Diperintahkan
Katanya: “ perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Lukas 22: 19b). Inilah satu-satunya perintah yang ada di Injil agar orang-orang Kristen memperingati sesuatu, yakni perjamuan untuk memperingati kebersamaan dengan Yesus dalam karya keselamatan-Nya bagi manusia.
 
Menaati perintah Yesus, maka orang- orang Kristen tetap melaksanakan perjamuan ini dengan memberi makna baru padanya. Bukan lagi untuk memperingati dibebaskannya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, melainkan untuk memperingati Yesus Kristus yang mengorbankan diri-Nya menjadi tebusan bagi kemerdekaan manusia dari belenggu dosa dan kebinasaan melalui kematiann-Nya sendiri di kayu salib. Orang Yahudi Kristen terus merayakan Paska Yahudi, namun mereka tidak lagi mengorbankan domba Paska karena Kristus dianggap sebagai korban Paska yang sejati.
 
Waktu Perjamuan Kudus
Kapankah waktu yang tepat untuk melaksanakan Perjamuan itu? (khususnya yang berkaitan dengan rangkaian peristiwa Paska) Di dalam gereja-gereja Kristen, terutama ritus Latin, biasanya diselenggarakan kebaktian pada hari Jumat Agung. Kebaktiannya diliputi dengan perasaan duka karena memperingati sengsara penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib. Biasanya kebaktian dilanjutkan dengan sakramen Perjamuan Kudus untuk memperingati Perjamuan Malam Terakhir Yesus. Pertanyaannya: bila Perjamuan Kudus yang dilakukan pada Jumat Agung ditujukan untuk memperingati Perjamuan Malam Terakhir Yesus, bagaimana mungkin hal itu dilakukan tanpa Yesus? (yang baru saja diperingati kematian-Nya). Namun jika Perjamuan Kudus itu merupakan pelaksanaan perintah Yesus untuk mengingat Dia, maka tepatkah waktunya dilakukan pada Jumat Agung? (sekali lagi pada saat Yesus diperingati kematian-Nya, yang berarti Dia tidak bersama-sama dengan kita waktu itu).

Kutipan dari Lukas 22:14-16 ini kiranya memberikan gambaran yang lebih memperjelas pencarian kita. Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. Kata-Nya kepada mereka: “Aku sangat rindu makan Paska ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah.” Yesus menegaskan bahwa peringatan perjamuan itu (bersama Dia) sebaiknya dilakukan setelah pemaknaan baru Paska dalam perjamuan malam yang diselenggarakan-Nya itu beroleh penggenapannya, yakni setelah Ia dikorbankan sebagai Domba Paska dan bangkit kembali pada hari yang ketiga. Tegasnya: setelah kebangkitan-Nya!

Jadi peringatan Perjamuan Malam Terakhir apabila dimaksudkan untuk memperingati Paska Yahudi, maka pelaksanaan yang paling tepat harusnya pada peringatan Kamis Putih, karena demikianlah yang terjadi pada waktu itu. Namun apabila dilaksanakan untuk memperingati Yesus yang telah memberi pemaknaan baru pada Paska, maka seharusnya diselenggarakan setelah misi-Nya beroleh penggenapan, secepat-cepatnya adalah pada hari kebangkitan-Nya, hari Minggu Paska.

Gereja mula-mula memperingati peristiwa kebangkitan Yesus dengan perjamuan sederhana dan berdoa. Kemudian dalam perjalanan misinya, Paulus terus mengingatkan jemaat gereja mula-mula akan pentingnya peristiwa kebangkitan Yesus dan perkataan Yesus pada waktu Perjamuan Malam Terakhir. Melaksanakan perjamuan untuk memperingati kebersamaan dengan- Nya, setelah segenap karya-Nya beroleh penggenapannya, yakni setelah kebangkitan-Nya.

Gereja Katolik juga merayakan Perjamuan Kudus pada hari Minggu Paska karena lebih memaknai hari itu sebagai hari kemenangan, sehingga perjamuannya sekaligus lebih ditujukan untuk mengingat pengorbanan Yesus di kayu salib dan kemenangan kebangkitan-Nya setelah mengalahkan maut.
 
Kenapa Natal?
Johanes Calvin—yang menggagas perjamuan agar sebaiknya diadakan sesering mungkin untuk lebih memberi arti pada ibadah dengan fokus memperingati Yesus dan karya- Nya—pernah mengatakan: “Kalau harus memilih perjamuan Kudus hanya bisa dilaksanakan dua kali, maka saya akan memilih Paska dan Natal sebagai saat pelaksanaan yang paling tepat.”
 
Jadi dari beberapa uraian dan catatan sejarah gereja di atas, bukankah seharusnya Perjamuan Kudus tidak dilaksanakan pada hari Jumat Agung, melainkan pada Minggu Paska?
 
Apakah sebaiknya kita tetap melaksana- kan perjamuan Kudus pada Jumat Agung ataukah pada Minggu Paska?
 
Dituliskan kembali dari materi diskusi teologi dengan Sahabat Kristus yang disampaikan pada Paska 27 Maret 2016, dengan judul ‘Perjamuan Kudus
di Jumat Agung?’
---------------------------------------------------
Praktik di GKI Pondok Indah
Hari ini GKI Pondok Indah sudah memilih untuk melaksanakan Perjamuan Kudus pada Hari Paska daripada Jumat Agung. Demikian juga pada hari Natal daripada Tahun Baru.
 
Mengapa Natal? Karena menurut gagasan Calvin, itulah saat paling tepat untuk merayakan kemenangan Kebangkitan-Nya, sebagai visi dari peristiwa Natal itu sendiri, di samping Hari Minggu Paska yang menjadi perwujudannya.
 
Mewujudkan gagasan Calvin bahwa perjamuan sebaiknya diadakan sesering mungkin, GKI Pondok Indah mengimplementasikan perjamuan kudus 2 bulan sekali dibandingkan dulu yang hanya 3 kali saja dalam setahun.
 
Hal-hal itu merupakan implementasi dari prinsip ecclesia semper reformanda, gereja harus selalu direformasi. Gereja harus senantiasa memerhatikan dan mencarikan bentuk-bentuk atau praktik peribadatan yang terbaik bagi pelayanan umat dalam memenuhi kebutuhan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan membangun persekutuan yang benar dengan-Nya.•

Sujarwo