Cerpen: Rovie Yang Telah Pergi



~kisah tentang anjing pintar yang menjadi teman belajar~

Sahabat Keluarga
Kedatangannya memang benar-benar membawa perubahan suasana di rumah kami. Meskipun ia tidak selalu menurut, tapi segala tingkah dan geraknya sungguh membawa keriangan dan suasana segar.

Rovie bukan sekadar peliharaan kesayangan, tapi ia sering menempatkan diri sebagai teman. Teman bermain, teman bersukacita, tapi juga teman belajar. Ketahanannya untuk berada di sekitar kami sangat mengagumkan. Ia bisa meringkuk dekat kakiku selama aku mengerjakan banyak hal di komputer, hingga terkadang aku lupa kalau dia ada, dan masih ada, di tempatnya semula, karena begitu lamanya aku beraktivitas. Jika aku sudah selesai dan beralih ke kegiatan atau tempat lain, barulah ia beranjak pergi, atau hanya pindah untuk berbaring atau tidur di tempat lain. Aku, yang tidak pernah dan bahkan tidak butuh pengawal pribadi, tiba-tiba seolah-olah mendapatkan pengawalan prima dari seekor bodyguard.

Ramah Lingkungan
Ketika sudah waktunya ia mendapat kebebasan karena dianggap telah mengenal lingkungan—juga karena sangat kelihatan bahwa ia bermental anjing rumahan yang lebih suka berada di rumah dan sekitarnya daripada berkeliaran—maka pada jam-jam tertentu kami memberinya waktu untuk bebas berkeliling kompleks tanpa pengawalan (biasanya kami ajak jalan-jalan dengan terikat). Bagusnya, jika sedang di luar rumah ia hanya memilih satu-dua tempat khusus tertentu untuk buang
air, sehingga memudahkan kami memungutnya supaya tidak mengotori lingkungan.

Sepertinya ia sangat ramah dan mau bersahabat dengan semua anjing yang ada di kompleks. Ia selalu menghampiri anjing-anjing lain dengan penuh antusiasme dalam suasana persahabatan. Karena badannya kecil-pendek (menurut ceritanya dia
masih berdarah corgi yang tidak murni, hasil percampuran dengan ras lain, mungkin anjing kampung) ia lebih mudah diterima oleh anjing-anjing lain karena tidak merasa terancam. Namun ada juga anjing—yang sama-sama kecil—yang sok jual mahal dan menunjukkan sikap permusuhan dengan terus menyalak mengusirnya.
Menghadapi hal itu Rovie ‘bermuka tembok’ sambil terus berusaha menjaga jarak agar tidak terlalu mengusiknya. Ia merasa bebas dan tak terintimidasi, tapi jika gonggongan anjing lain itu berhenti, ia akan kembali mendekat, begitu seterusnya hingga lawannya bersikap lebih ramah dan mereka bisa membentuk pertemanan.

Rovie vs Dogby
Namun di antara banyak anjing yang ada di kompleks, entah karena pendekatan yang salah, Dogby— seekor anjing Siberian husky— memasang sikap permusuhan kepadanya. Tak jarang Rovie harus menderita luka-luka karena gigitannya. Namun demikian, Rovie tetap saja datang ke rumah itu untuk beramah-tamah dengan Dogby. Mungkin karena sifatnya yang selalu siaga, Dogby merasa Rovie menyerangnya jika ia datang mendekat.

Sekali kesempatan, ketika aku sedang berkebun dan ingin ditemani Rovie, aku mengikatnya pada batang pohon cemara kecil di halaman depan, dengan menggunakan rantai yang biasa kukenakan padanya jika sedang jalan- jalan. Tak berapa lama lewatlah Dogby, yang berjalan-jalan bersama tuannya melintas di depan rumah. Reaksi Rovie begitu mengejutkan. Tanpa menyalak ia berusaha mendekati Dogby dengan antusiasme penuh. Namun karena terikat rantai, ia terus meronta dan akhirnya rantai itu putus sehingga ia lepas bebas. Ia segera melompat dan menyuruk ke bawah Dogby. Kontan saja Dogby yang begitu kaget, bereaksi dengan menggigit tengkuk Rovie. Rovie yang kesakitan terus meronta. Dan tanpa ada yang menduga, Dogby mengangkat Rovie dengan gigitannya dan segera mengempaskannya ke tanah tanpa melepaskan gigitannya. Kami cuma bengong saja melihat adegan itu. Pemilik Dogby berusaha mati-matian menarik rantai Dogby agar bisa menjauh dari Rovie dan melepaskan gigitannya. Namun justru Rovie terus bernafsu mendekat tanpa bermaksud menyerang, jika dilihat dari ekspresi serta sorot matanya yang tidak memancarkan kemarahan. Singkat cerita, Rovie berhasil diselamatkan dari amukan Dogby dan dari nafsunya untuk mendekat dan bermain bersama Dogby. Akhirnya aku jadi tahu alasan permusuhannya dengan Dogby. Rovie sebenarnya sekadar ingin berkawan, tapi caranya yang ‘main tubruk’ rupanya ditanggapi secara berbeda oleh Dogby dalam naturnya sebagai Siberian husky yang selalu waspada dan pantang diserang duluan.

Mendapat Teman
Suatu kali Minerva mendapat seekor anjing kecil dari sepupunya. Ia sangat gembira karena berpikir bahwa Rovie akan punya kawan bermain. Persoalannya, anjing baru ini (kemudian diberi nama Bobo) berkelamin betina. Rovie—yang sepertinya sudah melewati masa pubertas awal dan bahkan pernah dikawinkan dengan anjing tetangga—tentunya akan melihat Bobo sebagai lawan jenis yang bisa dikawini, meskipun tidak segera setelah perjumpaannya. Sekali waktu—mungkin menurut perhitungan anjing—Rovie mulai mengejar-ngejar Bobo untuk dikawini. Bobo, yang belum berpengalaman, lari ke sana-kemari menghindar sambil melolong untuk menunjukkan ketidaksukaannya. Anak-anak merasa kasihan, sehingga berpikir untuk memisahkan atau setidaknya memberi batas antara Rovie dan Bobo, agar Rovie tidak mengapa-apakan Bobo. Akhirnya, jika Rovie dilepas bebas, Bobo dimasukkan kandang. Atau bergantian, Rovie yang dikandangi dan Bobo yang dilepas bebas.

Anak-anak Rovie
Namun bagaimanapun hebatnya kami melawan kodrat hewaninya, suatu kali Bobo dikawini juga oleh Rovie. Sejak saat itu upaya pembatasan keduanya tidak kami lakukan lagi. Bobo melahirkan 4 anak anjing yang belang- belang warnanya. Secara penampakan fisik, aku tidak menyukainya. Namun begitu keempatnya tumbuh lebih besar, sesungguhnya mereka adalah makhluk yang lucu, menggemaskan, dan agak bodoh hahahahaha… sehingga sangat patut disayang dan dipelihara dengan baik. Mengingat tempat yang terbatas di rumah minimalis ini, maka setelah lepas susu dan tidak terlalu tergantung lagi pada induknya, keempat anak anjing itu kami bagi-bagikan kepada saudara dan kenalan untuk dipelihara dengan lebih baik. Bobo sempat melahirkan lagi 3 anak anjing, selanjutnya 1 lagi, dan terakhir 4 anak anjing yang sangat kompak.

Berpindah Tuan
Kesibukan yang meningkat membuat kami kurang mampu mengurus ke-6 anjing itu dengan baik. Kami ingin lebih fokus melayani Mama yang sudah sepuh dengan menyediakan lingkungan yang lebih sehat baginya. Dalam upaya menyelaraskan penyelenggaraan keduanya, kami mencari saudara/rekan/kerabat yang bersedia merawat keenam anjing itu dengan lebih baik lagi. Kami menyadari bahwa akan sulit menemukan orang yang akan mengadopsi keenamnya secara bersama-sama. Ternyata kami menemukan jawabannya dari keluarga Desa Kemang. Maka keenam anjing itu kami boyong ke sana untuk mendapatkan perhatian dan perawatan yang lebih baik. Puji Tuhan keenamnya didistribusikan secara layak di antara keluarga-keluarga yang ada di sana.

Informasi Dari Jauh
Melalui komunikasi yang agak intens kami mengetahui perkembangan mereka semua. Sungguh bersyukur bahwa mereka menemukan ‘pemilik’ yang bisa lebih memberikan curahan perhatian, pemeliharaan, dan kasih sayang kepada mereka semua. Mereka tumbuh dengan baik, sehat, lincah, lucu, membawa sukacita, dan yang lebih penting lagi, mereka terlihat bahagia. Pandemi ini tidak terlalu berpengaruh pada kesejahteraan mereka di tangan-tangan yang penuh kasih itu. Hanya kami tidak mempunyai kesempatan untuk mengunjungi dan melihat mereka secara fisik. Kami tetap menyimpan kerinduan itu jika pandemi ini membaik. Sementara itu kami cukup terhibur dan bahagia mendapat kiriman foto atau video yang menunjukkan kepintaran dan kelucuan mereka.

Akhir Cerita Kehidupan
Pada suatu senja yang hangat saat kami sedang menikmati sukacita karena perhatian teman-teman pada ulang tahun istriku dan menjelang peringatan hari pernikahan kami, kami mendapat kabar yang cukup mengguncang hati kami. Melalui WA, keluarga Desa Kemang memberitahukan kami kalau Rovie tiba-tiba mati, tanpa ada gejala sakit atau gelagat yang mencurigakan. Siang itu, sehabis dimandikan, Rovie sangat senang. Sepanjang sore itu ia berlari-larian dan bergembira dengan mainannya dan dengan Bobo. Pada waktu hendak diberi makan, ternyata Rovie sudah tidak bernapas dalam selonjor yang tenang. Kami hanya menduga kalau dia sudah sampai pada umur tuanya dan melewatinya dengan penuh sukacita dan bahagia. Rovie berumur kira-kira 7 tahun. Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa dari segi pembelajaran dan kemampuan, satu tahun umur
anjing setara dengan 7 tahun umur manusia. Bila hal itu benar, berarti jika disamakan dengan umur manusia, Rovie meninggal pada usia sekitar 50 tahun.

Meneruskan Berita Duka
Menyampaikan berita kematian ini kepada anak-anak yang sangat mencintai Rovie menjadi pergumulan tersendiri. Menjaga bagaimana agar perasaan anak-anak tidak terganggu dalam kesibukan kegiatan sekolah maupun perkuliahan. Setelah menimbang bahwa Rovie mati dengan tenang, baik, tidak sakit, tidak menderita, dan yang terpenting tidak merepotkan keluarga di Desa Kemang, maka berita duka ini aku sampaikan dengan perasaan syukur dan bangga. Aku bersyukur bahwa anak-anak menanggapinya dengan respons serupa. Meskipun kami sangat berduka, tapi kematiannya yang tenang dalam balutan pemeliharaan yang penuh kasih sayang membuat kami terhibur. Hidupnya tidak sia-sia. Ia meninggalkan banyak kenangan, pengalaman, pelajaran, dan kesan mendalam sebagai anjing yang pintar, setia, ceria, dan suka berteman.

Selamat tinggal, Rovie. Entah ke mana engkau akan menuju kemudian. Doa kami, seandainya ada surganya anjing, semoga di sana engkau akan ditempatkan. Tetaplah menjadi sahabat bagi siapa saja di alam mana pun.

CerPen - S U J A R W O