Banyak anak berduka ketika binatang kesayangan mereka mati atau diberikan kepada orang lain karena satu atau lain hal. Mereka merasa bahwa teman terbaik yang selama ini membuat mereka tertawa, tersenyum dan terhibur, hilang dari hidup mereka. Padahal anak-anak sangat membutuhkan kelekatan fisik maupun emosi dengan seseorang. Dan jika mereka tidak mendapatkannya, mereka bisa memperolehnya dari binatang kesayangan mereka.
Ketika seseorang memiliki harta berharga dalam hidupnya, maka setiap hari ia akan memberikan waktu, hidup, dan perhatiannya pada harta tersebut. Kelekatan itu membuatnya sulit melepas, apapun alasannya. Mungkin bisa saja orangtua memberikan alasan yang masuk akal dan dia setuju secara logis, tetapi perasaan kehilangan dan sedih itu tetap ada. Dan dia pun masuk suasana berduka yang bisa jadi berkepanjangan.
APA YANG PERLU DILAKUKAN ORANGTUA?
Memiliki seseorang atau sesuatu yang disayang, bukanlah hal yang tabu. Justru setiap anak pasti memiliki seseorang atau sesuatu yang menjadikannya bahagia setiap hari. Namun, anak perlu tahu bahwa sesungguhnya siapa pun dan apa pun yang ada padanya adalah pemberian Tuhan.
PKJ 242, lagu “Seindah Siang Disinari Terang” mengingatkan kita bahwa cara Tuhan mencintai kita juga beragam. Tuhan memberikan kesempatan kepada kita untuk menghitung berkat- berkat-Nya dengan cara yang dapat kita mengerti dan kita resapi di hati.
Itu sebabnya perlu sekali orangtua mengajak anak melihat SUMBER BERKAT sebagai HARTA PALING BERHARGA ketimbang berkat-berkat yang diberikan-Nya. Tuhan bisa saja memberikan kita uang, anak, pekerjaan, naik jabatan, mainan, sahabat atau keluarga, tetapi itu semua adalah bukti bahwa Tuhan memberkati kita. Keluarga bukanlah sumber kebahagiaan kita, melainkan Tuhan. Keluarga adalah cara Tuhan membahagiakan kita.
Jikalau anak menghayati hal itu sebagai bagian dari imannya, maka mudah-mudahan ia tidak akan tersesat untuk melihat bahwa sesungguhnya Tuhanlah yang baik, bukan orangtua, teman, sahabat, atau binatang peliharaannya.
Apa langkah yang dapat kita lakukan agar anak menyadari bahwa yang paling berharga adalah Yesus dan kuasa-Nya yang bekerja di dalam dirinya?
Pertama, Contoh Orangtua.
Orangtua atau kita adalah contoh yang paling efektif bagi anak. Orangtua yang ada bersama anak dalam hidupnya menjadi cara agar ia bisa mencontoh apa yang orangtua pikir dan lakukan. Saya pernah meletakkan tangan saya di atas kepala anak saya sewaktu dia sakit sambil mengatakan, “Tuhan sembuhkanlah Dea dalam nama Tuhan Yesus!” Tanpa saya duga, saat saya sakit, ia segera memegang kepala saya dan mengatakan hal yang sama. Dan saya merasa diberkati dengan apa yang dilakukannya kepada saya, karena saya menerima itu sebagai respons spontan yang dilakukan dari hatinya.
Tidakkah kita juga akan menikmati saat anak melakukan hal-hal baik yang sudah pernah kita lakukan kepadanya, saat kita membutuhkannya juga? Anak adalah peniru sejati. Ia memerhatikan apa yang kita katakan, rasakan dan lakukan. Saatnya tiba, ia akan belajar juga meniru bagaimana kita menghargai Tuhan Sang Sumber Berkat, saat kita mengakui bahwa semua yang kita miliki adalah dari Tuhan dan kita bersyukur kepada-Nya melalui pelayanan, persembahan dan perilaku kita.
Kedua, Ajak Anak Bertanya Kepada Tuhan.
Apapun yang anak perlukan sesungguhnya Tuhan sangat mengetahuinya. Ia perlu tahu bahwa Tuhanlah pemenuh kebutuhannya, bukan orangtua, sehingga saat orangtua memberikan apa yang diperlukannya, atau yang diinginkannya, itu semua karena orangtua meneruskan kasih sayang Tuhan kepadanya. Pemeliharaan Tuhanlah yang menjadi dasar syukur dan imannya, bukan orangtua yang bisa jadi berhenti memerhatikan dan memberikan apa yang diperlukannya.
Mengajak anak untuk bertanya kepada Tuhan dan menghargai kepekaannya untuk menangkap pesan Tuhan dalam waktu pribadinya dengan Tuhan, menjadi jalan agar
ia mengalami sendiri Tuhan yang mencintainya. Suatu saat ia tidak perlu menunggu jawaban Tuhan lewat orangtua, melainkan ia makin peka atas suara hati nuraninya yang Tuhan berkati.
Ketiga, Tunjukkan Rasa Syukur Orang- tua atas Sumber Berkat Yang Abadi.
Dalam lagu tema Bulan Keluarga, kita menyadari bahwa sahabat, sosial media dan kesibukan kita bisa menjadi pengusir sepi. Namun semua itu akan sirna karena tidak abadi. Mungkin pada awalnya semua itu berharga, tapi tidak akan selamanya bersama kita, sehingga kita tidak bisa bergantung pada hal-hal itu.
Tentu saja anak-anak kita belum tentu dengan mudahnya menyadari bahwa Tuhan adalah harta yang paling berharga. Namun orangtua bisa sejak dini menularkan iman mereka kepada Kristus sebagai sumber berkat sejak dini. Bagaimana melakukannya?
Ulangan 6:5-7 mengatakan, “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”
Di masa pandemi ini, apa yang dapat kita lakukan sebagai orangtua secara berulang-ulang untuk menunjukkan cinta kepada Tuhan dan menceritakan tentang cinta-Nya? Secara harfiah kita dapat melakukannya melalui 4 hal:
Saat di rumah, kita bisa lakukan dengan bermain bersama anak, bertanya kepada Tuhan secara bersama, menikmati ibadah bersama dengan keluarga dan mengajak keluarga melayani Tuhan bersama-sama. Kita juga bisa secara berulang menunjukkan berharganya Tuhan.
Saat sedang dalam perjalanan, semua hal yang kita lihat, bisa kita nikmati. Kita bisa menikmati pemandangan dan memuji Tuhan atas pemeliharaan dan keindahan yang Dia berikan, kita juga bisa memaknai dan mencari pelajaran berharga saat melihat beragam tipe orang di sepanjang perjalanan.
Saat berbaring, juga bisa menjadi cara kita menghitung berkat Tuhan, meminta pimpinan Tuhan ketika anak mencurahkan isi hatinya atau dengan cara membaca buku bersama. Dan yang penting juga adalah Saat bangun, bisa menjadi harta berharga sebagai kebersamaan orangtua dengan anak dan mengikutsertakan Tuhan di hari yang baru.
Apakah ritual yang kita akan lakukan pada saat-saat pandemi seperti ini? Mari kita bicarakan bersama anak- anak kita apa saja yang memberi kesan positif bagi mereka selama kita berada di rumah, di dalam perjalanan, saat berbaring dan saat bangun. Biarlah pengalaman itu menjadi pengalaman yang berharga di sepanjang hidup anak-anak kita. •
Pdt. Riani J. Suhardja