Orang Kristen tahu bahwa MATI ADALAH KEUNTUNGAN,
tetapi baru ketika seseorang yang dikasihi dipanggil dalam kemuliaan,
kebenaran kata-kata itu menjadi nyata.
Anda mungkin merasa seolah-olah dunia Anda hancur,
tetapi Tuhan akan menyertai Anda melalui saat-saat gelap ini.
Dia juga telah memberikan jaminan bahwa karena Kristus telah bangkit,
kita juga akan bangkit. Kita akan bersama-Nya di Surga.
MATI ADALAH KEUNTUNGAN!
Saya telah melihat gambar sejumlah ulat yang berduka. Ulat-ulat itu berpakaian hitam perkabungan saat berjalan dalam prosesi pemakaman yang membawa kepompong kekasih mereka. Pikiran mereka sangat terbenam dalam kematian tersebut. Namun sepanjang jalan, seekor kupu- kupu indah menari-nari dengan riang di atas mereka. Gambar itu berbicara dengan jelas. Kita harus mengarahkan perhatian kita pada kupu-kupu ketimbang pada kepompong.
Bila cahaya padam—yaitu bila seseorang yang kita kasihi meninggal—kita merasa seakan-akan berada di kegelapan sebuah tambang batu bara tanpa lentera, cahaya, atau lilin. Kita harus meraba-raba di dalam kegelapan. Namun bahkan pada saat itu ada perasaan aman ketika kita menyentuh tiang-tiang yang mengapit sisi-sisi terowongan batu bara tersebut. Kita tahu bahwa atap itu disangga. Bahkan dalam kegelapan menyeluruh pun ada beberapa hal yang dapat kita pegang, yang akan menopang kita. Atap itu tidak akan jatuh. Tuhan pun demikian! Tuhan tetap memegang kendali. Tidak ada accident dengan Tuhan—hanya incident.
Kematian tidak membeda-bedakan orang bila ia datang mengetuk pintu. Kadang-kadang ia berjalan menuju seorang kenalan atau melintasi kota mendatangi seorang kerabat. Dari waktu ke waktu setiap orang, tanpa memandang usia, dihadapkan pada kematian seorang sahabat atau orang yang dikasihi.
Bila orang mengatakan “Jangan gelisah” atau “Jangan khawatir” hal itu benar karena merupakan perkataan di dalam Alkitab. Namun seseorang yang berduka membutuhkan lebih dari sekadar kata-kata “Jangan khawatir tentang hal itu” atau “Jangan gelisah hatimu.” Tujuan buku kecil ini adalah untuk membantu pikiran kita dengan cara yang kreatif.
MENYIAPKAN PETUALANGAN YANG MENGASYIKKAN!
Mungkin rasanya aneh bahwa saya menyebut kematian sebagai petualangan yang mengasyikkan, tetapi memang begitulah adanya.
Seseorang dilahirkan untuk mati. Di antara kelahiran dan kematian ada banyak hal yang terjadi, dan apa yang terjadi adalah persiapan untuk apa yang akan terjadi pada saat kematian. Hal ini berarti bahwa saya menantikan kematian, sebab pada saat kematian, saya dibebaskan. Saya dibebaskan dari ketergantungan pada kemah ini (tubuh saya) di mana saya tinggal selama sekian tahun. Pada saat kematian, roh saya yang terpenjara diperkenankan kembali ke tempatnya asalnya, yaitu Tuhan.
Apa yang Anda lihat ketika Anda memandang saya bukanlah saya yang sebenarnya. Anda hanya melihat apa yang saya tinggali. Saya terbuat dari debu. Saya disatukan, dibentuk oleh mukjizat Tuhan yang mengembuskan napas ke dalam diri saya dan menjadikan saya jiwa yang hidup. Itulah saya yang sesungguhnya, yang nyata dan mutlak. Diri saya yang sesungguhnya, yang nyata, dan mutlak itulah yang akan hidup setelah kematian. Tubuh saya, tubuh debu saya yang terdiri atas sejumlah bahan kimia yang tidak seberapa harganya, bahkan dalam zaman inflasi ini, akan mati. Namun jiwa saya, yang hidup di dalam diri saya, akan terus hidup.
Di dalam petualangan hidup ini, sangat penting untuk menjadi seorang Kristen. Setelah kematian, orang Kristen, dan bukan non-Kristen, yang akan bahagia. Pengikut Kristus bahagia sebab kini ia dapat mengikut Gurunya dengan tak terbatas.
Dengan kata lain, ketika seseorang meninggal, itulah waktu bersuka cita sebab baginya sebuah petualangan indah dimulai. Kematian bagi seorang Kristen adalah peristiwa yang menggembirakan. Namun bagi kita yang masih tinggal, hal ini merupakan peristiwa yang diwarnai, dan terkadang dipenuhi, kesedihan. Alasan kedukaan kita adalah karena kita manusia. Kita memiliki ikatan emosional yang mengikat. Kita memiliki perasaan. Kita peka terhadap cinta. Jadi kita menangis. Dan itu benar. Kita menangisi diri kita sendiri sebab kita ditinggalkan.
Kita yang ditinggalkan ini dapat mulai menyiapkan petualangan indah kita sendiri. Pertama-tama, kita harus ingat bahwa ini bukan kematian untuk mati. Jiwa kita terus hidup, dibebaskan dari tubuh yang menahannya. Kita juga harus beriman—percaya kepada janji-janji yang ditemukan di Alkitab. Ada sejumlah sumber yang mengklaim dapat membantu kita dalam kehidupan setelah kematian, tetapi kecuali kita menjadikan Alkitab sebagai sumber kepercayaan kita, kita tidak akan memiliki panduan yang tepat.
Sebuah kutipan yang sangat menghibur di dalam Alkitab meyakinkan kita bahwa Yesus telah pergi untuk menyediakan tempat bagi kita. Persiapan yang memadai membutuhkan pendidikan. Hal itu termasuk mendidik anak-anak kita juga. Kematian datang ke semua orang. Jika kita memiliki perspektif yang benar tentang kematian, saluran pemikiran yang jernih tentang hal itu, dan hubungan yang benar dengan Tuhan, kita akan memandang kematian sebagai jalan menuju kemuliaan.
Misalnya, kematian menyerang rumah tertentu. Di dalam rumah itu ada dua bersaudara. Setiap saudara merespons kematian ibu mereka dengan cara yang berbeda, tergantung dari pandangannya tentang kehidupan dan kehidupan setelah kematian. Yang satu menjadi pahit dan ingin berhenti hidup. Yang lain bersemangat untuk melanjutkan dan memberikan sumbangan besar bagi kehidupan.
Sikap sangat penting, terutama tentang kematian, Sikap terhadap kematian akan membuat petualangan yang hebat, asalkan sikap itu tepat.
Apa yang membuat kematian sebuah petualangan yang mengasyikkan Dengarkanlah hal-hal positif ini di surga: tak ada lagi kesedihan, tak ada lagi duka, tak ada lagi kegelapan, dan tak ada lagi kawin atau mengawinkan. Firman Tuhan mengatakan bahwa mata belum melihat dan telinga pun belum mendengar hal-hal yang telah disiapkan bagi kita. Ia mengatakan kepada kita bahwa “penderitaan kita sekarang ini tidak layak dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” Jadi bagi saya, saya menantikan petualangan ini. Memang hanya itu. Ini adalah petualangan baru dalam hidup. Bukan kematian untuk mati, melainkan saat itulah saya mulai benar-benar hidup!
Kita tidak bergerak menuju titik akhir. Mungkin malah bukan titik, melainkan tanda seru besar. Mungkin serangkaian titik, yang berarti bahwa ada sesuatu yang lebih permanen di depan. Manusia dilahirkan untuk hidup bagi koma, yang kita sebut sebagai kematian. Alkitab menyebutnya sebagai “lepas dari tubuh dan tinggal bersama Tuhan.” Sekarang kita berada di negeri orang mati, tetapi apabila kita menjawab panggilan sangkakala, kita akan berada di negeri orang hidup. Untuk apa kita hidup sekarang? Kita hidup untuk saat itu ketika kita menerima undangan kematian. Menerima undangan ini berarti bahwa kita tahu dengan pasti bahwa ada sesuatu yang terletak melampaui akhir perjalanan.
Kematian itu seperti kapal yang meninggalkan pelabuhan menuju pelayaran dunia. Teman- teman datang ke dermaga untuk mengucapkan “Selamat jalan” kepada para pelancong. Mereka menangis, mereka mencucurkan air mata, mereka melambai-lambaikan saputangan. Sementara mereka dalam keadaan penyesalan ini, kapal mulai meninggalkan pelabuhan. Ketika seseorang meninggal, kapal jiwa berangkat. Kita meratapi orang yang kita kasihi. Namun ada orang-orang lain di seberang laut yang melambai- lambaikan saputangan dan memanggil kapal untuk datang dengan para penumpangnya. Kita meratap di sini sebab orang-orang yang kita kasihi melewati jarak di luar pandangan kita. Di pantai seberang ada orang-orang yang berkata, “Ayo, ayo. Kami telah menunggumu.”
Di 1 Tes. 4:13 kita baca: “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang- orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.” Kata-kata ini indah, kata-kata yang berdering melalui lorong-lorong waktu. Jika kita percaya di dalam Yesus, kita memiliki harapan bahagia tentang kebangkitan dan kehidupan setelah kematian.
Bila kita meninggal, kita pergi ke hadirat Tuhan. Ini melampaui akhir perjalanan kita. Kita melihat Tuhan. Jika sekarang kita mau menyingkirkan semak-semak keraguan kita dan kurangnya pemahaman kita, jika kita mau memutuskan keterikatan kita pada hal-hal duniawi, maka kita mungkin akan lebih jelas melihat daripada sebelumnya bahwa ini bukan kematian untuk mati. Mati adalah keuntungan.
Puisi lama terdengar jelas:
BUKAN KEMATIAN UNTUK MATI, untuk meninggalkan jalan yang melelahkan
dan bergabung dengan persaudaraan di tempat tinggi, untuk berada di rumah bersama Tuhan.
BUKAN KEMATIAN untuk menutup mata yang lama redup oleh air mata dan terbangun dalam istirahat mulia untuk melewatkan tahun-tahun abadi.
BUKAN KEMATIAN untuk menanggung pukulan yang membebaskan kita dari rantai duniawi, untuk mengirup udara kebebasan.
BUKAN KEMATIAN untuk membuang debu yang fana ini, dan bangkit dengan sayap mulia untuk hidup di antara orang- orang benar.
TUHAN SANG PEMBERI DAN KEHIDUPAN, kami tidak ragu pada-Mu. Kabulkanlah permohonan kami untuk menaklukkan, berjuang, dan tinggal bersama mereka di tempat tinggi.
BERSAMAMU sama sekali bukan kematian, hanya pikiran tentang kematian.
Paulus berkata bahwa kematian hanya seperti tertidur. Ia juga berkata, “Bagiku… mati adalah keuntungan.” Jadi, kematian tidak mungkin merupakan akhir.
SPEKTRUM KEMATIAN
Kasih tidak berhenti saat kita meninggal, pikiran tidak musnah, pertumbuhan tidak berakhir. Keindahan tidak hilang. Jika Tuhan itu seperti yang kita kenal, maka kehidupan umat-Nya akan bertambah kaya dan bertambah bahagia. Kita tidak akan kehilangan kontak dengan orang-orang yang kita kasihi ketika mereka meninggal jika kita percaya pada kehidupan setelah kematian dan percaya bahwa kita akan bersama mereka.
Saya menyukai kata-kata ini yang pernah saya baca: “Jika kita melihat kehidupan secara luas (itulah cara Tuhan melihatnya dan cara Tuhan ingin kita melihatnya), apakah sangat penting jika momen yang menandai berlalunya satu fase ke fase lain datang beberapa tahun lebih cepat atau beberapa tahun lebih lambat? Bagaimanapun, ukuran sebenarnya dari kehidupan apa pun adalah kualitasnya dan bukan durasinya di dunia. Tidak ada sengatan dalam kematian anak Tuhan, hanya kemenangan. Kemenangan atas rasa sakit dan kerja keras dari kehidupan duniawi ini. Kadang-kadang kemenangan hanya datang setelah mengalami kerja keras dan rasa sakit, kadang-kadang diraih bahkan sebelum mengetahui kerja keras dan rasa
sakit itu. Dalam kedua kasus, hal itu merupakan kemenangan dengan atau tanpa perjuangan.”
Banyak orang hanya menjalani hidup dengan cukup kebal terhadap bencana, penyakit, dan kehidupan berjalan mulus bagi mereka. Oh, mereka membaca tentang kecelakaan kereta api yang membunuh sekian orang, mereka melihat gambar- gambar di televisi yang bercerita tentang kecelakaan pesawat terbang di mana seratus orang kehilangan nyawa mereka. Mereka membaca tentang orang orang yang tenggelam, kecelakaan mobil yang aneh, dan kelaparan di Timur Dekat. Mereka bahkan mengirim bunga melintasi kota kepada seorang kenalan yang kehilangan orang yang dikasihinya. Namun mereka sendiri kebal. Mereka tidak benar-benar merasakan tragedi sebab kehidupan mereka berlangsung mulus.
Lalu suatu hari kematian mengunjungi rumah mereka dan tiba-tiba semua berjalan salah di dunia mereka. Inilah saatnya ayah yang dilanda kemalangan kehilangan imannya dan ibu yang patah hati berseru, “Mengapa, Tuhan, Engkau melakukan hal ini?”
Sungguh sulit menjawab pertanyaan- pertanyaan seperti ini. Kita dapat mengatakan bahwa kematian itu universal, bahwa kematian tidak membeda-bedakan orang. Kematian menyerang sini, menyerang sana. Kematian tidak dapat dihindari. Alkitab berkata, “Tuhan sudah menetapkan bahwa manusia mati satu kali saja” (Ibr. 9:27).
Rata-rata
Inilah beberapa ayat Alkitab yang telah menghibur umat Tuhan di sepanjang zaman:
Jika orang paruh baya meninggal— “Baginya matahari sudah terbenam selagi hari siang” Yer. 15:9. “Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi” Maz. 103:15, 16. “Ya Tuhan, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku! Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia- siaan! Maz, 39:4, 5.
Jika orang lanjut usia meninggal— “Dalam usia tinggi engkau akan turun ke dalam kubur, seperti berkas gandum dibawa masuk pada waktunya” Ayub 5:26. “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” II Tim. 4:7. Mazmur 90 memberitahu kita bahwa masa hidup kita tujuh puluh tahun dan jika kita kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kita melayang lenyap.
Jika seorang muda meninggal: “Jangan takut, percaya saja… Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Mark. 5:36, 39. “Kaupendekkan masa mudanya” Mazmur 89:45.
Jika seorang anak meninggal: “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” Ayub 1:21. Maka Yesus memanggil seorang anak kecil” Mat. 18:2. Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri, firman Tuhan semesta alam, pada hari yang Kusiapkan” Mal. 3:17. “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya kerajaan Surga” Mat. 19:4.
Kematian anak adalah peristiwa yang tragis. Kita merasa demikian untuk kematian apa pun, tetapi terutama ketika seorang anak kecil mendadak meninggal karena kematian atau kecelakaan. Ada sengatan tentang kematian. Mengatakan kepada seseorang yang kehilangan seorang anak bahwa Tuhan menghendaki anak itu di surga bukanlah jenis penghiburan yang saya inginkan. Iman kristiani tidak mencegah Anda dari rasa sakit, tetapi menolong Anda melewatinya. Selalu ada frustrasi dalam kematian seorang anak atau orang muda.
Pertanyaan “Mengapa?” selalu diajukan. “Mengapa, mengapa?” Namun kata-kata tidak membantu.
Ayub bertanya, “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Setelah Ayub menikmati kasih dari anak-anaknya selama bertahun-tahun lamanya, ia tidak memiliki perasaan memberontak, tidak punya kata keluhan. Ketika kemalangan datang, ia tidak menuduh Tuhan dengan bodoh. Ia menerima. Dan itulah yang harus kita lakukan, MENERIMA.
Anda mungkin ingin merenungkan ayat-ayat ini:
Maz. 91:5
Ibr. 13:5
II Kor. 12:9
Wah. 21:4
Yoh. 14:27
Maz. 4:8
Maz. 116:15
1 Kor. 15:55-57
Maz. 86:7
Mat. 11:28
Masa depan cerah sebab janji- janji Tuhan itu baik. Janji-janji itu menyinari kegelapan seperti lampu menerangi ruangan pada malam hari. Seperti hujan di tanah kering, Firman Tuhan jatuh ke jiwa kita yang kering, memimpin kita, menyegarkan kita, menguatkan kita, menyemangati kita. Firman Tuhan benar-benar air yang menghilangkan dahaga rohani selama saat kematian.
*) Terjemahan dari “To Die is Gain” karya Neal Carlson.
Kiriman Ibu Susana Zakaria
***