Ketabahan Dalam Berharap (Markus 7:24-30)



Apakah Anda pernah berpikir untuk hengkang dari pekerjaan, bisnis atau bahkan keluarga Anda untuk beberapa waktu, anggap saja 1 bulan? Namun ternyata masalah pekerjaan dan kebutuhan sehari-hari mengejar-ngejar Anda sehingga Anda tidak dapat istirahat? Baru istirahat dua hari, Anda sudah dihubungi bos yang mendesak Anda untuk kembali bekerja karena ada pekerjaan yang perlu diselesaikan.

Yesus juga ingin henkang dari orang banyak. Dia membawa murid-murid-Nya ke Tirus, sebuah kota dalam wilayah Suriah, sekitar 32 km dari Kapernaum. Yesus baru saja mengalami perdebatan besar dengan orang-orang Farisi (7:1- 12). Tampaknya, perdebatan tersebut membuat-Nya lelah, sehingga ingin menyendiri. Ya, Yesus sering memilih menyendiri di kala sedih. Misalnya, ketika Yohanes Pembaptis mati dipancung Herodes, Dia juga memilih untuk pergi ke tempat yang sunyi (Mat. 14:13).

Mereka menginap di sebuah rumah di Tirus. Serasa memasuki rumah retret, saya membayangkan Yohanes menyalakan televisi, Petrus berolah raga di atas treadmill, Matius bermain UNO dan Yakobus berbaring di sofa sambil bergoyang kaki, sementara Yesus duduk sambil menikmati roti favorit-Nya. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu yang cukup mendesak. Bartolomeus yang sedang menyapu lantai bergegas membukanya. Tampak seorang perempuan berdiri di luar. Ia masuk ke dalam rumah dan langsung tersungkur di hadapan Yesus. Sambil menangis, ia memohon agar Yesus mengusir roh jahat dari putrinya.

Jika Anda pernah melihat kondisi seseorang yang kerasukan roh jahat, Anda dapat memahami perjuangan ibu tersebut demi putrinya. Matius (15:22) memberitahu kita bahwa perempuan tersebut memohon (κραυγάζω kraugazo) atau berseru berulang- ulang (non-stop begging).

Kristus terkesan agak dingin. Matius (15:23) berkata, “Yesus sama sekali tidak menjawabnya.” Yesus diam saja. Dia tampak sedang menikmati rotinya. Bukankah hal tersulit adalah ketika kita memohon kepada Tuhan dan Dia diam saja? Karena Kristus diam saja, salah seorang murid bahkan meminta kepada-Nya, “Suruhlah ia pergi!” (Mat. 15:23). Meskipun Tuhan tidak merespons, perempuan tersebut tetap beriman. Keheningan Tuhan tidak menghambat imannya untuk mencari pertolongan-Nya.

Perempuan itu tidak henti-henti memohon Kristus mengusir setan dari anaknya. Murid-murid memerhatikan Yesus, menantikan respons-Nya. Sikap Yesus terkesan sangat dingin, seolah- olah tidak peduli dan sangat tidak sopan, bukan? Yesus bahkan berkata, “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing (κυνάριον kunarion)” (Mark. 7:27). Sebelumnya, Yesus diam saja tidak merespons. Namun sekali merespons, perkataan-Nya sangat menyakitkan. Di dalam Matius 7:6 Dia berkata, “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing (κύων kuon).” Kepada perempuan tersebut, Yesus menggunakan istilah “anak anjing” (kunarion) atau anjing peliharaan.

Tentu anjing peliharaan pada masa itu tidak seberuntung doggy zaman sekarang, yang jika sakit dapat dirawat oleh dokter hewan, bisa perawatan spa, bahkan menikmati makanan yang mewah. Sekalipun Anda adalah pecinta anjing, tidak berarti Anda suka jika diibaratkan sebagai anjing, bukan?

Markus memperkenalkan perempuan tersebut sebagai seorang Yunani (Ἑλληνίς ellenis) berbangsa Siro-Fenisia. Jika yang Markus maksudkan adalah dia bisa berbahasa Yunani, maka hal tersebut mengimplikasikan bahwa perempuan tersebut berpendidikan. 1 Jika kita berada di posisi perempuan tersebut, mungkin saja kita sudah tersinggung dan meninggalkan rumah itu dengan sangat marah. Mungkin kita akan berkata, “Mending cari orang pintar aja. Toh, Kristus bukan satu-satunya orang yang dapat mengusir roh jahat.” Bayangkan jika sebelumnya orang- orang di kotanya telah menasihatinya untuk mencari bantuan orang pintar. Bukankah respons Kristus akan sangat membuat dirinya kecewa? 

Apakah kita tetap akan berharap pada Tuhan jika Dia diam terhadap permohonan kita? Akankah kita beralih kepada guru-guru palsu untuk mendapatkan pertolongan? Firman Tuhan telah memperingatkan,
- “Para nabi palsu telah muncul dari antara umat” (2 Pet. 2:1)
- “Guru-guru palsu akan ada di antara kamu” (2 Pet. 2:1)
- “Mereka akan mengajarkan pengajaran-pengajaran sesat” (2 Pet. 2:1)
- “Banyak orang akan mengikuti jalan kebinasaan mereka” (2 Pet. 2:2).
- “Mereka mencari keuntungan dengan cara menipu” (2 Pet. 2:3).
- “Ketika berpesta bersama kamu, mereka menyusup dengan tipu dayanya” (2 Pet. 2:13 MB; Yudas 1:4).
- “Mereka memikat orang-orang yang telah melepaskan diri dari para penyesat.” (2 Pet. 2:19 MB).
 
Mungkin keluarga atau tetangga perempuan Siro-Fenisia tersebut sudah menawarkan berbagai nabi, guru, orang pintar kepadanya dan membujuknya untuk mencari berbagai pertolongan. Namun ia tidak menempuh jalan mudah, dengan mencari guru-guru palsu yang ada di daerahnya. Ia memiliki iman yang berfokus penuh. Tidak ada yang dapat mengalihkan dirinya daripada Kristus.
 
Dia tetap tabah. Tidak menyerah, meskipun tidak mudah. Dia bahkan memberikan jawaban yang sangat menakjubkan. “Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak” (7:28). Anak-anak menikmati makanan, sedangkan anjing menikmati remah-remah makanan yang jatuh. Bukankah remah-remah kita anggap sebagai sampah atau debu yang
kita buang? Sebuah respons iman yang sangat kreatif! Perempuan Kanaan mengubah “anak anjing” menjadi “anak anjing kesayangan di rumah yang menunggu makanan yang dijatuhkan dari meja makan”. Memosisikan diri di bawah meja merupakan sebuah sikap menerima kerapuhan diri (vulnerable). Satu hal yang sangat penting adalah menerima kerapuhan diri kita. Dalam hidup ini, kita cenderung ingin menunjukkan kemampuan kita, dan bukan kerapuhan kita.
 
Yang sangat menarik adalah tidak adanya perkataan pengusiran dari Yesus. Dia hanya mengatakan, “Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu” (ayat 29). Ini merupakan contoh pengusiran roh jahat dari jarak jauh. Perempuan itu memohon Yesus mengusir roh jahat, tetapi tidak mengharuskan Yesus pergi ke rumahnya. Menarik, bukan? Mengusir roh jahat dari jarak jauh memang dimungkinkan karena Tuhan mahahadir dan tidak dibatasi oleh tempat.
 
Perempuan tersebut memercayai perkataan Yesus tanpa harus melihat kondisi anaknya terlebih dulu. Tanpa ragu “Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar” (ayat 30). Tepat seperti apa yang telah Tuhan Yesus katakan. Dia percaya dan menaati perkataan-Nya. Sering kali rasa takut mengalahkan iman. Bagi perempuan ini, iman mengalahkan rasa takut. Tidaklah mudah baginya untuk meninggalkan anaknya di rumah (mungkin dipercayakan kepada adiknya, kakaknya,…) dan berangkat menemui Yesus. Trust and Obey! Percaya kepada Kristus menjadikan kita anak-anak Tuhan.
 
Firman Tuhan mengatakan, “Waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan- ketentuan yang dijanjikan, TANPA PENGHARAPAN dan tanpa Allah di dalam dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus” (Efesus 2:12-13). “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang- orang kudus dan anggota-anggota KELUARGA ALLAH” (Efesus 2:19). Melalui iman kepada Kristus kita menjadi anak-anak Allah (Ul: 14:1; Yoh. 1:12).
 
Keputusasaan membuat kita berhenti berharap dan berhenti berdoa. Namun ketabahan melahirkan iman yang kreatif, yang terus berharap. Dalam situasi sulit, maukah Anda tetap tabah menantikan pemulihan Tuhan? Firman Tuhan di dalam Yesaya 35:4 penting untuk dijadikan sebagai pegangan di kala kita mulai tawar hati. “Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: “Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!” Iman yang kreatif mendorong kita untuk tetap berharap di tengah situasi sulit. Ketabahan menghasilkan respons positif terhadap perkataan Kristus, sekalipun perkataan-Nya terkesan keras. Pengharapan kepada Kristus pasti membuahkan hasil.
 
Apakah Anda merasa lelah dan ingin menyerah karena Tuhan sering diam dan tidak merespons permohonan Anda? Maukah Anda tetap tabah dalam berharap kepada-Nya sekalipun Dia diam? Maukah Anda tetap berjuang mempertahankan iman Anda (Yudas 1:3)? Sampaikanlah perasaan Anda kepada Tuhan!
 
Tuhan, ajarilah kami ketabahan dalam berharap dan tetap menanti meskipun Engkau diam. Amin!•
 
Pdt. Lan Yong Xing