“BEYOND YOU, ME, AND THEM”
~kesadaran bahwa hanya bersama Tuhan kita dapat melampaui banyak hal~
PWG Desember 2021
Persekutuan Wilayah Gabungan Desember 2021 yang dimotori oleh KomBas Wilayah Lebak Bulus dan dikemas dalam tema: ‘Beyond You, Me, and Them’ ini diselenggarakan pada hari Sabtu, 18 Desember 2021 mulai pukul 10.00 hingga 12.30, dengan host Pdt. Bonnie Andreas. Persekutuan ini diawali oleh Pnt. Nurdin Theofilus—selaku MC—yang menyapa para peserta dan kemudian memaparkan secara singkat pembahasan dalam PWG kali ini. Doa pembukaan dipimpin oleh Pnt. Wita Hartanto.
Segmen I Bagian Pertama -Pegiat Wilayah KomBas Lebak Bulus
Segmen I bagian pertama menampilkan pegiat muda dari Wilayah Lebak Bulus, yakni Jethro, Kania Wijayadi, serta Pnt. Frans Herry selaku Penatua Pendamping KomBas lebak Bulus, dan juga Nadya Jonaswar yang tampil secara online dari rumah.
Melambatkan Tapi Tidak Menghentikan
Menjawab pertanyaan Pdt. Bonnie mengenai bagaimana aktivitas pelayanan di KomBas Lebak Bulus selama masa pandemi ini, Pnt. Frans Herry menuturkan bahwa pandemi memang dirasakan menghambat jalannya pelayanan pegiat Wilayah Lebak Bulus. Namun pandemi ini hanya melambatkan, tetapi tidak sama sekali menghentikan aktivitas dan pelayanan. Dengan mematuhi dan menerapkan prosedur kesehatan, maka kegiatan yang terbatas itu pun dapat berjalan lancar, bahkan ada beberapa kegiatan yang mulai bisa dilaksanakan secara offline, mis: paduan suara. Tindak kehati- hatian adalah upaya untuk menjaga kehidupan yang dikaruniakan Tuhan kepada kita. Namun semangat pelayanan pun tetap harus dipelihara dan disalurkan agar tetap dapat membawa berkat bagi banyak orang, sekalipun harus dilakukan secara terbatas dan penuh kehati-hatian tadi.
Dari Hobi ke Pelayanan
Beralih kepada Jethro, Pdt. Bonnie menanyakan alasan apa yang membuatnya berada di forum ini, pelayanan atau aktivitas apa yang dilakukannya sehingga perlu diceritakan di PWG ini. Jethro menuturkan bahwa ia kini aktif dalam pelayanan multimedia, terutama dalam mengedit video dan membuat slide-slide presentasi untuk Kebaktian Remaja. Aktivitas pelayanan ini semula berasal dari hobi. Selama pandemi yang memaksa semua orang lebih banyak di rumah membuatnya merasa bahwa mainan yang ada kurang bervariasi dan mulai membosankan. Untuk mengatasinya, ia memutuskan merambah kepada hal-hal baru yang akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Mulailah ia melirik kegiatan editing video di Youtube. Ia fokus pada kegiatan itu dan mulai menyukainya, sehingga akhirnya serius belajar menguasainya. Dan ia pun punya ‘mainan’ baru. Entah disengaja atau kebetulan, Pnt. Alex yang memerhatikan kompetensi yang dimiliki Jethro ini mengajaknya menyalurkan hobi dan kompetensi barunya pada pelayanan Komisi Remaja. Apa pun yang kita punya bisa dibawa ke hadapan Yesus dan menjadi berguna untuk pelayanan bagi banyak orang.
Melayani dari Usia Belia
Nadya adalah Anak Sekolah Minggu, putri Bapak Fianus Jonaswar, yang banyak terlibat dalam pelayanan, khususnya di masa pandemi ini. Ia melayani secara online dengan kompetensinya yang luar biasa, yakni menyanyi dan menari, juga terlibat dalam paduan suara anak. Secara khusus Nadya menekuni dancing sebagai hobi yang berniat dikembangkan menjadi kompetensinya. Dalam keseharian, ternyata Nadya juga sangat aktif dan punya banyak aktivitas lain, seperti menggambar, bermain piano, bermain gitar, dan juga public speaking. Sebelum masa pandemi, ia juga aktif bermain drama. Bersyukurlah Nadya yang berkesempatan melayani dengan kompetensi yang dimilikinya sejak masih kecil, sehingga menjadi kesayangan Tuhan dan kebanggaan kedua orang tuanya yang juga aktif melayani di berbagai bidang. Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu (1Timotius 4:12).
Kepedulian yang Memberdayakan
Pemuda pegiat Wilayah Lebak Bulus lain yang sangat istimewa adalah Kania Wijayadi, seorang Juru Bahasa Isyarat yang memegang peran sangat sentral pada ibadah-ibadah yang dilaksanakan di GKI PI. Pada mulanya niatnya belajar berbahasa isyarat— sejak 2017—hanyalah sebagai pengetahuan dan keterampilan pelengkap dirinya di samping ketrampilan-ketrampilan lain yang dimilikinya. Ia tidak pernah berpikir bahwa hal ini bisa digunakannya dalam pelayanan.
Sebelum pandemi berlangsung, ia sempat mengundang, membantu, dan memfasilitasi rekan- rekan Sahabat Tuli untuk bergabung dalam kebaktian di GKI Pondok Indah. Saat itu ia (bersama Helga) membantu dengan bertindak sebagai Juru Bahasa Isyarat. Namun ketika Majelis Jemaat memutuskan untuk melaksanakan ibadah secara online dalam masa pandemi ini, Kania berpikir bagaimana rekan-rekan tuli bisa tetap dilayani dengan baik, sehingga ia mengusulkan agar tayangan kebaktian melibatkan dan menampilkan Juru Bahasa Isyarat. Gayung bersambut, Majelis Jemaat menyetujui usulan itu, dan jadilah tayangan ibadah GKI PI yang selalu menyertakan tampilan JBI. Dalam perkembangannya, Kania merasa perlu mendapat dukungan JBI yang lebih banyak. Akhirnya diadakan kelas pelatihan menjadi JBI dalam pelayanan ibadah. Sampai saat ini sudah dihasilkan alumni (bersertifikat) dari 2 kelas pelatihan yang diselenggarakan. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu (Matius 9:38).
Warisan yang Sangat Berharga
Pdt. Bonnie juga menampilkan Oma Pea (online), yang mempunyai hobi dan kompetensi yang tidak diragukan lagi dalam hal masak-memasak serta membuat kue. Kesenangan yang digelutinya sejak masih sangat muda itu benar-benar membawa kebahagiaan bagi Oma Pea. Ketika usia makin bertambah dan kekuatan mulai menurun, kegiatan Oma Pea dalam kedua hal itu otomatis berkurang. Ada kegelisahan dalam hatinya bagaimana ia mewariskan kompetensinya itu, karena kedua anaknya laki-laki semua. Oma Pea bersyukur ketika suatu kali Randy dan Tiwi (anak dan menantunya) datang kepadanya untuk minta diajari memasak dan membuat kue, bahkan tidak untuk sekadar bisa, tetapi untuk bisnis. Dan lahirlah Pea Kitchen yang mulai tersohor itu dari upaya bersama ini.
Segmen I yang Kedua – Tim Halo Sahabat Wilayah Lebak Bulus
Pdt. Bonnie kemudian memperkenalkan Bapak Benny Murtono, Pnt. Corrie Tehusijarana, dan Dr. Hendro (online) sebagi pegiat Tim Halo Wilayah Lebak Bulus.
Lebih Baik dari Rumah Sakit
Segmen I bagian kedua diawali dengan pemutaran video kesaksian Bapak Sumarno, karyawan Sekolah Tirtamarta BPK Penabur bagian SarPras, yang mengaku sempat bingung ketika sekeluarganya terserang COVID-19. Ia kemudian menghubungi Ibu Priska—ketua SatGas Penanganganan COVID-19 Sekolah Tirtamarta BPK Penabur— yang menghubungkannya dengan dr. Hendro dan Pnt. Corry Tehusijarana. Penggerak Tim Halo Sahabat Sahabat Lebak Bulus ini kemudian melakukan pemeriksaan intens, mengawasi perkembangan dan kondisi keluarganya, menyuplai obat- obatan serta alat-alat kesehatan, dan bahkan mengajarinya memasang tabung oksigen, dsb. Pak Sumarno menyatakan bahwa pelayanan yang diterimanya melebihi pelayanan rumah sakit, karena begitu tulus, intens, dan tuntas. Pelayanan ini dirasakannya tidak membeda-bedakan agama, suku, ras, profesi, maupun tingkat sosial. Sungguh melintasi segala batas dan sekat sosial.
Gerak Cepat Kuratif
Bapak Benny Murtono menuturkan bahwa ketika semua Wilayah KomBas diminta untuk membentuk Tim Halo Sahabat, maka berdasarkan networking melalui WhatsApp grup yang beranggotakan 5 ketua KomBas, bakal Tim Halo Sahabat Wilayah Lebak Bulus ini kemudian berupaya menggandeng pendeta, dokter, dan para aktivis yang ada di Wilayah Lebak Bulus. Tim yang masih hangat dan belum terbentuk secara solid ini tiba- tiba dikejutkan oleh berita terpaparnya 42 warga jemaat di Wilayah lebak Bulus (2 orang akhirnya meninggal dunia). Hal pertama yang dilakukan oleh Tim pada waktu itu adalah gerak cepat menanggapi kebutuhan tabung oksigen, selain mencarinya di tempat-tempat yang biasa menjualnya. Tim juga menanyakan dan mendata warga jemaat yang mempunyai tabung oksigen, baik untuk memenuhi keperluan saat itu maupun untuk persediaan berikutnya. Tim juga mengupayakan pengadaan obat-obatan dan peralatan medis yang sangat dibutuhkan saat itu untuk mengatasi kondisi yang sudah terlanjur terjadi.
Kerjasama Medis Darurat
Dr. Hendro mengisahkan betapa mengagetkannya kondisi waktu itu karena tiba-tiba dihadapkan pada banyaknya warga jemaat yang terinveksi virus COVID-19, sementara pemeriksaan tidak bisa dilakukan secara langsung dan cepat, karena para pasien berada di tempat-tempat terpisah dengan jarak yang saling berjauhan.
Karena itu para anggota Tim Halo Sahabat yang berada di tempat-tempat pasien harus bisa secara detail dan tepat menginformasikan kondisi pasien menyangkut suhu badan, batuk, pilek, tekanan darah, serta nafsu makannya. Melalui data dan informasi itu bisa dilakukan analisis untuk pemeriksaan lanjutan. Perlu juga ditanyakan kepada pasien, pengobatan apa saja yang sudah pernah diterimanya. Setelah itu baru bisa dilakukan diagnosis dan pemberiaan advis untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya. Dalam posisi sentral upaya penanganan COVID-19, Dr. Hendro menyatakan bahwa dokter tidak akan bisa bekerja sendiri tanpa dukungan penuh Tim Halo Sahabat. Bravo Tim Halo Sahabat Wilayah Lebak Bulus!
Pelayanan Kasih yang Lintas Batas
Pnt. Corrie menambahkan bahwa Tim Halo Sahabat Wilayah Lebak Bulus sudah melakukan aksi pelayanan yang lebih dari sekadar pelayanan kepada jemaat GKI PI, tetapi sudah merambah kepada pelayanan lintas agama. Bagi Tim Halo Sahabat Wilayah Lebak Bulus, aksi pelayanan tidak pertama- tama didasarkan pada kepercayaan, keanggotaan gereja, apalagi anggota GKI PI Wilayah Lebak Bulus, melainkan pada umat manusia yang membutuhkan pertolongan nyata. Hanya saja untuk proaktif melakukan pelayanan lintas agama ini, Tim secara khusus menanyakan kesediaan keluarga untuk mau dilayani agar tidak menimbulkan kesalahpahaman motivasi. Jika sambutannya baik, maka Tim akan melakukan pemeriksaan, pengawasan, pemantauan, dan perawatan yang baik melalui pemberian obat-obatan dengan resep dokter, serta membantu penyediaan alat-alat kesehatan yang dibutuhkan, seperti tabung oksigen. Upaya ini tak lupa juga didukung doa melalui forum Pojok Doa Sahabat yang dilakukan setiap hari pukul 20.20 sepanjang bulan Juli 2021 dalam program Juli Berdoa, dan dilanjutkan oleh Tim Doa pada bulan-bulan selanjutnya meski Program Juli Berdoa sudah selesai. Berangkat dari sebuah perintah dan keyakinan yang tertulis pada Yakobus 5:16 - Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.
Tetap Berkontribusi
Segmen I bagian Kedua ini ditutup oleh Bapak Benny Murtono dengan sebuah pesan bahwa setiap orang bisa berkontribusi seperti Tim Halo Sahabat Wilayah Lebak Bulus dengan terus menginformasikan dan mendorong orang-orang untuk menyukseskan upaya vaksinasi— kapan, di mana, dan bagaimana mendapatkannya—terutama kepada pihak-pihak yang sering tidak tersentuh oleh pengategorian vaksinasi dari gereja atau instansi-instansi tertentu, seperti para asisten rumah tangga, penjual keliling, para pekerja jalanan, dsb. Apabila vaksinasi diselenggarakan oleh institusi, ABRI biasanya menerima siapa saja tanpa pembatasan kategori tertentu.
Segmen II – Panitia Natal
Pada segmen II ini Pdt. Bonnie menampilkan Sarah Marshinta Uli (Ketua Panitia Nalal GKI PI 2021), Gorga Notonegoro Lumban Raja (Tim Konten) dan Markus (karyawan Gereja). Selain itu juga ditampilkan Daniel Manurung (DM), Aiko
Widhidana, dan Ibu Ami Harini secara online.
Beyond (Melampaui)
Sarah mengurai makna dibalik tema Natal 2021, yakni Beyond (melampaui). Tema ini dimaksudkan untuk mengajak jemaat merasakan pengalaman yang melampaui banyak hal yang kita takuti dan tidak sanggup kita lakukan. Hal ini menimbulkan kesadaran bahwa hanya dengan penyertaan Tuhan, kita bisa melampauinya. Kesadaran dan keyakinan inilah yang ingin dibangkitkan melalui tema Natal kali ini.
Melampaui Keterbatasan
Makna logo Natal 2021 yang diciptakan oleh Olive Merilyn itu dijelaskan oleh Gorga bahwa logo itu merupakan visualisasi dari tema Natal: menggambarkan komet, yakni bintang yang berpindah dari satu titik ke titik lainnya. Geraknya melampaui keterbatasan dan kemandekan dari suatu posisi tertentu, serta mengajak jemaat untuk berani bergerak mengatasi keterbatasan dan ketakutan yang mengimpit mereka. Logo ini digambarkan dengan 3 bintang
warna cerah yang menyiratkan sukacita dan menjadi bekal untuk menjalani kehidupan dengan penuh syukur, melampaui keterbatasan kondisi ekonomi, kesehatan, dan keterbatasan-keterbatasan yang lain.
Teladan Kristus
Daniel Manurung—yang lebih dikenal dengan sebutan DM—yakni sebagai pencipta dengan sebagai komponis dan aranger lagu tema Natal menguraikan bahwa kedatangan Yesus ke dunia melampaui banyak hal yang tidak pernah terpikirkan, apalagi dilakukan oleh orang/ makhluk ciptaan yang lain. Melalui lagu ini kita diingatkan bahwa apa pun yang kita lakukan—bahkan secara hebat melampaui kondisi biasa— sebenarnya hanyalah mengikuti teladan Yesus sendiri. Karena itu jangan ada yang memegahkan diri, segala kemuliaan hanya bagi Tuhan.
Yang Terbaik bagi Tuhan
Kesan sangat baik diceritakan oleh Aiko tentang bagaimana panitia menyiapkan acara-acara Natal kali ini. Usaha keras yang mereka lakukan merupakan manifestasi upaya mereka memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Panitia—yang telah terbentuk sejak bulan Juli 2021 ini—segera memulai persiapan sesaat setelah ditetapkan. Lamanya waktu yang digunakan untuk rapat juga merupakan upaya untuk menghayati ‘beyond’ itu sendiri. Panitia tidak saja bekerja, tetapi juga memberikan yang terbaik bagi Tuhan yang merupakan perwujudan rasa syukur, karena Dia telah terlebih dulu memberikan yang terbaik bagi kita.
Peran Pemberdayaan
“Upaya untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada rekan- rekan tuli menimbulkan banyak gagasan,” tutur Gorga kemudian. Di samping membantu mereka dengan menyediakan Juru Bahasa Isyarat, panitia Natal juga memberi peran kepada mereka untuk mengomunikasikan karsa mereka melalui paduan suara dan bahkan teater rekan tuli.
Christmas Caroling
Kegiatan Christmas Caroling sudah mulai dijalankan untuk menghibur keluarga atau pribadi-pribadi tertentu yang dikunjungi Tim Caroling.” Kali ini suasana dan prosedur dijalankan agak khusus,” kata Ibu Ami Harini dari Komisi Perlawatan. Tidak semua keluarga memberi izin untuk dikunjungi atau memperkenankan anggota keluarga mereka untuk dikunjungi. Karena itu diperlukan izin dan pendekatan yang baik serta intens untuk bisa menjalankan program ini. Ada yang setuju dikunjungi, tetapi tetap dengan menjaga jarak, sehingga tim hanya diterima dan ditemui di teras rumah. Atau bahkan ada yang berkomunikasi sebatas pagar
depan saja.
Merindukan Kesibukan
Markus (karyawan Kantor Gereja) yang dihadirkan Pdt. Bonnie dipenghujung Segmen II ini menyatakan suara hatinya bahwa setelah 16 tahun mengabdi dengan kegiatan yang sangat padat sehingga terus sibuk kerja setiap hari, kini ia merasa kurang termotivasi dengan kondisi gereja yang hampir tidak ada pengunjung. Biasanya ia turut mempersiapkan Natal dengan penuh sukacita, meskipun lelah mengerjakan banyak hal dan melayani banyak kepentingan yang ada. Kurangnya motivasi itu juga karena ia tidak bisa bertegur sapa dengan warga jemaat yang dilayaninya selama ini. Ketika banyak yang menanyakan kapan ibadah offline bisa dimulai kembali, dengan polos ia menjawab bahwa ia tidak tahu tentang hal itu meskipun ia sama-sama merindukannya.
Segmen III – Ibadah Onsite
Pada segmen III yang membahas kapan pembukaan kembali ibadah di gereja ini, Pdt. Bonnie menghadirkan Pnt. Caroline Rizkia Hutapea (Ketua Majelis Jemaat GKI PI) dan Pnt. Edward Sitorus (Ketua II Majelis Jemaat GKI PI). Juga Pnt. Alice Wijayadi (online).
Ibadah Hybrid
Menjawab pertanyaan kapan ibadah onsite akan dilaksanakan kembali di GKI PI, Pnt. Kia menjawab bahwa pemahaman ibadah onsite mempunyai makna yang terlalu luas.
Ke depannya kita semua akan melihat tren bahwa kehidupan secara global akan berlaku secara mix, hybrid, menggabungkan dua buah cara yang berbeda. Ibadah onsite akan dimaknai sebagai ibadah tatap muka terbatas yang digabungkan dengan ibadah online. Uji coba ibadah tatap muka terbatas yang dilangsungkan sepanjang Bulan November-Desember ini menunjukkan tren minat yang meningkat. Hal ini akan dicatat sebagai dasar dalam mengambil banyak keputusan nanti.
Menjaga Kehidupan
“Saat ini Pemerintah membuka peluang penyelenggaraan ibadah tatap muka dengan pengunjung hingga 50% kapasitas Gedung (turun kembali dari yang sempat 70%), sehingga sebenarnya GKI PI bisa menghadirkan sekitar 400 warga jemaat setiap kali kebaktian (kapasitas Gedung 800 orang). Namun dengan mengambil sikap lebih berhati-hati, GKI PI menetapkan kebijakan untuk mengisi tempat duduk dengan sistem 2-1-2- 1, sehingga maksimal menampung 260 warga jemaat dalam kebaktian,” demikian penjelasan Pnt Edward Sirait.
Pada tanggal 9 Januari 2022 nanti akan diwartakan kepada jemaat bahwa gereja dibuka untuk umum bagi yang akan mengikuti peribadahan di gereja. Namun tetap ada prosedur yang harus diikuti, yakni bahwa warga jemaat harus mendaftarkan diri terlebih dulu. Syarat umum yang ditetapkan adalah sudah divaksin 2 kali, mengikuti prosedur kesehatan yang telah ditetapkan, dan tidak dalam keadaan sakit. Para penderita komorbid, lansia, dan ibu hamil tidak disarankan mengikuti ibadah tatap muka. Menjawab pertanyaan bagaimana jika ada warga jemaat yang tidak mendaftar dan tiba-tiba datang, Pnt. Edward menyatakan bahwa Penatua Jemaat akan mematuhi peraturan, bukan dimaksudkan untuk menyisihkan orang yang rindu beribadah di gereja, melainkan untuk melindungi warga jemaat.
Prioritas Pelayanan Ibadah
Pnt. Alice Wijayadi menyatakan bahwa setelah dilaksanakan ibadah tatap muka, maka prioritas pelayanan adalah kepada jemaat yang hadir di gereja. Banyak pengaturan yang harus kembali ditata ulang dibandingkan dengan ketika hanya melayani peribadahan secara online saja, baik melalui tapping maupun live-streaming. Tanpa bermaksud mengatakan bahwa ibadah di gereja punya nilai kekudusan yang lebih tinggi, sebenarnyalah upaya untuk melakukan ibadah secara hybrid bertujuan melayani jemaat dengan sebaik-baiknya menurut kondisi yang ada.
Pdt. Bonnie menyampaikan kata akhir sebagai jawaban atas pertanyaan dan kegelisahan terhadap keputusan penyelenggaraan ibadah tatap muka yang telah ditetapkan pada tanggal 9 januari 2022 nanti, bahwa sambil mengamati perkembangan varian virus baru (omicron) yang sedang merebak, maka Majelis Jemaat akan memprioritaskan keamanan tanpa meninggalkan/menurunkan kualitas pelayanan ibadah.
Disampaikan reminder bahwa penyelenggara persekutuan Wilayah Gabungan selanjutnya adalah KomBas Wilayah Bintaro/BSD.
Persekutuan yang tidak diisi dengan Renungan ini—dan sempat dihadiri oleh sekitar 80 orang—ditutup dengan doa oleh Pdt. Riani Josaphine Suhardja.•
SUJARWO