Startegi Mewartakan Kabar Baik Dengan Pekerja Yang Sedikit



Pengutusan 12 dan 70 Murid
~sebuah upaya menyiapkan ladang pelayanan melalui para utusan~

Prolog
Dalam Perjanjian Baru tercatat Yesus (setidaknya) tiga kali memerintahkan dan mengutus murid-murid-Nya untuk mengabarkan Kabar Baik tentang Dia. Setelah mengutus 12 murid pertama-Nya (Matius 10:5-42, Markus 6:6b-13), Dia kemudian mengutus 70 murid-Nya yang lain (Lukas 10:1-24). Perintah yang ketiga ditujukan kepada semua murid/orang yang percaya kepada-Nya untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa murid-Nya, atau yang lebih sering disebut sebagai Amanat Agung (Matius 28:18-20). Tulisan ini akan membahas pengutusan yang pertama dan kedua saja, sedangkan Amanat Agung akan dibahas dalam tulisan yang lain.

Pemanggilan dan Pengutusan 12 Murid
Yesus memanggil orang-orang biasa dari berbagai profesi untuk menjadi murid-Nya. Hal ini tidak lazim dilakukan guru yang ingin mendapat murid sekaligus kader terbaik sebagai penerus ajarannya. Namun Dia mengajar mereka, menunjukkan kuasa-Nya, dan mempersiapkan mereka untuk pergi sebagai wakil- Nya dengan pesan dan otoritas-Nya. Yesus menempatkan murid-murid- Nya dalam misi dengan instruksi yang jelas, harapan yang jujur, dan janji akan penyediaan-Nya yang tetap. Jalan yang dijanjikan-Nya sama sekali tidak mudah.

Berita yang Harus Disampaikan
Yesus menginstruksikan dengan jelas apa yang harus disampaikan murid-murid-Nya, dan mencegah mereka mengira-ngira apa yang harus diberitakan, yang pada akhirnya justru akan mewartakan kemauan mereka sendiri. Mereka diperintahkan untuk mewartakan bahwa “Kerajaan surga sudah dekat.” Dia menginstruksikan apa yang harus mereka lakukan dalam nama-Nya. Untuk memperlengkapi mereka agar orang-orang lebih mudah menjadi percaya (harapan-Nya), mereka dikaruniai kemampuan untuk mengadakan mukjizat penyembuhan yang membebaskan orang dari penyakit, setan, bahkan kematian, lebih tepatnya kematian rohani. Sangat penting membangkitkan orang yang ‘mati hati nurani’ karena dosa-dosa mereka, agar mereka mampu hidup kembali dalam kebaikan.

Kabar baik tentang Yesus harus ditawarkan dan diwartakan tanpa biaya, karena mereka juga telah memperolehnya dengan cuma-cuma. Penyampaian Kabar Baik itu harus mengalir dari hati yang bersyukur atas berkat-berkat yang tidak selayaknya diperoleh. Misi Yesus untuk tim pilihan-Nya ini lebih mengedepankan
perihal kerajaan-Nya, selain juga untuk mengembangkan iman mereka. Sangat bisa jadi mereka tidak sepenuhnya memahami semua yang dinyatakan kepada mereka, tetapi kuasa Yesus dilimpahkan kepada mereka dan berangkat bersama mereka.

Fokus pada Pemberitaan
Dia mengingatkan mereka untuk percaya bahwa Dia akan memenuhi kebutuhan mereka. Karena itu mereka dilarang membawa bekal, persediaan, bahkan keperluan cadangan. Tuhan sendiri yang akan mencukupkan mereka dengan apa yang akan diberikan orang kepada mereka. Bahkan ketika menjumpai orang yang mau memberi tumpangan, mereka dianjurkan untuk mencukupkan diri dengan apa yang diberikan di sana, jangan berpikir untuk pindah- pindah demi memilih fasilitas terbaik yang bisa diterima. Semua itu dimaksudkan supaya mereka fokus pada pemberitaan Kabar Baik dan tidak dikuasai/dipengaruhi keinginan untuk mendapatkan materi duniawi lalu melupakan tujuan utama misi pengutusan mereka.

Mengapa ikat pinggang harus disebut secara khusus? Ikat pinggang Yahudi biasanya terbuat dari kulit dengan ukuran yang cukup lebar. Pada ujungnya terdapat lipatan yang dapat dipergunakan untuk menyimpan barang-barang berharga seperti emas, perak, uang, dll. Lipatan ujung ikat pinggang itu berfungsi seperti dompet zaman sekarang. Sebenarnya yang dilarang bukan ikat pinggangnya, tapi (fungsi) dompet itu. Jika mereka membawa dompet yang berisi, ada kekhawatiran mereka malah akan melihat kesempatan-kesempatan yang bisa dimanfaatkan untuk berdagang, sehingga tidak fokus pada misi pengutusan tersebut.

Bukan sebuah Eksklusivisme
Larangan untuk pergi ke negeri dan kota-kota asing—termasuk Samaria— dan hanya menjumpai orang Yahudi saja, seolah-olah menunjukkan bahwa misi ini sangat eksklusif. Namun eksklusivisme jelas bertentangan dengan sikap dan sifat Yesus yang universal. Mereka dilarang untuk
ke Utara—daerah Siria—dan ke Timur—daerah Dekapolis—atau ke Selatan—daerah Samaria—. Secara cakupan mereka hanya diperintahkan untuk pergi ke daerah Galilea saja. Hal ini dimaksudkan agar murid-murid lebih fokus memilih sasaran dalam mewartakan Kabar Baik, sehingga hasilnya lebih efektif, mengingat jumlah mereka sedikit, sedangkan waktunya sangat terbatas. Nanti jika sudah tersedia cukup banyak utusan, baik secara jumlah maupun kualitas yang bisa menyentuh dan berinteraksi baik dengan orang-orang asing, maka Kabar Baik itu juga akan diwartakan di negeri-negeri asing. Dan sesungguhnyalah hal itu dilakukan untuk memberi kesempatan kepada orang-orang Yahudi mendapatkan berita Injil terlebih dulu.

Perjalanan yang Tidak Mudah
Yesus mengingatkan bahwa perjalanan mereka tidak akan mudah. Tidak semua orang akan menerima mereka dengan sukacita. Beberapa dari mereka akan menolak pesan mereka, bahkan akan menyesah serta mengadili mereka di rumah ibadah mereka. Jika hal itu terjadi, maka Yesus memerintahkan mereka untuk tidak berlama-lama di sana membuang-buang waktu yang sangat berharga hanya untuk berdebat dengan orang-orang yang telah membutakan mata hati dan nalar mereka, segera ‘mengibaskan debu dari kaki mereka’ dan pergi. Ini adalah tradisi orang Yahudi untuk menunjukkan kelegaan mereka ketika mereka meninggalkan wilayah non-Yahudi; secara simbolis menyingkirkan kenajisan dari tanah orang tidak percaya. Yesus memperingatkan bahwa pada hari penghakiman, tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya daripada orang- orang yang menolak utusan-Nya. Apa alasannya? Dalam kehancuran karena dosa, Sodom dan Gomora tidak pernah mendapatkan peringatan dan Kabar Baik tentang pengampunan Allah yang memungkinkan mereka berbalik dari dosa-dosa. Namun kota-kota yang didatangi para murid itu jelas telah diperingatkan, bahkan menyaksikan dan mengalami sendiri kuasa kasih Allah lewat karya Yesus, tetapi mereka tetap menolak-Nya.

Peringatan Yesus yang menyatakan bahwa Dia mengutus mereka seperti domba ke tengah serigala menghilangkan khayalan bahwa mengikut Kristus adalah hal yang
glamor menurut standar dunia. Utusan Kristus dikirim ke tempat-tempat berbahaya. Bahaya yang mengancam upaya, fisik, bahkan jiwa mereka menanti di tempat-tempat itu. Jadi bagaimana mereka mempersiapkan diri dan bertindak ketika tahu bahwa mereka harus rela melangkah ke zona bahaya? Yesus berpesan kepada mereka: “Karena itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” Seperti halnya murid- murid yang diutus, orang percaya dipanggil dalam keseimbangan antara cerdik, kehati-hatian yang cerdas dan murni, serta lemah lembut dalam kerendahatian. Dengan kata lain, anak-anak Tuhan harus memahami bahaya yang mereka hadapi dan menunjukkan pemahaman tentang apa yang harus dikatakan, ke mana harus pergi, dan bagaimana harus bertindak. Kata-kata pilihan mereka harus dilengkapi dengan kasih karunia dan kebijaksanaan. Murid-murid Yesus tidak buta terhadap bahaya, tetapi menunjukkan pengekangan yang hebat dan bijaksana dalam hal menavigasi di belakang musuh.

Parousia
Ketika Yesus berkata: “Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel , Anak Manusia sudah datang,” (Mat 10:23b), beberapa orang melihat ayat ini sebagai petunjuk bahwa penyingkapan sepenuhnya Injil kepada bangsa Israel akan terjadi sebelum Anak Manusia datang. Ada kebutuhan besar (dan mungkin dianggap mendesak) untuk membagikan Injil kepada orang-orang Yahudi (bahkan hingga sekarang ini—untuk mereka yang ada di Israel juga). Yang lain melihat
‘kedatangan’ Anak Manusia ini sebagai kedatangan-Nya untuk menghakimi Yerusalem pada tahun 70 M. Paulus dan Markus, dan kemungkinan penulis Injil Matius, juga meyakini bahwa kedatangan kembali Anak Manusia (Parousia) akan dan pasti terjadi semasa mereka masih hidup. Dari kata Yesus: “Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi,” (Mat 24:24), sebutan ‘angkatan/generasi ini’ oleh banyak orang dihubungkan dengan mereka yang hidup untuk melihat penaklukan Yerusalem tersebut. Penulis Injil Lukas melakukan koreksi atas hal tersebut dan menyatakan bahwa parousia telah ditunda (hingga akhir zaman nanti). Ketika sejarah terbuka, kita akan lebih memahami apa yang Yesus maksudkan. Lebih penting ketimbang mengetahui kapan parousia itu terjadi adalah bahwa Kristus memiliki pekerjaan yang harus dilakukan oleh umat-Nya.
 
Pengutusan 70 Murid
Pada kesempatan lain Yesus memilih 70 murid lainnya dan mengutus mereka untuk memberitakan Kabar Baik tersebut. 70 murid yang diutus kali ini berbeda dengan 12 murid sebelumnya. Misi pengutusan kedua ini mempunyai jangkauan yang lebih luas, tidak saja Galilea, tetapi juga Yudea. Ke semua tempat yang Yesus lewati, tuju, dan singgahi. Mereka diutus melakukan pewartaan awal sebelum kedatangan Yesus ke sana. Melalui para murid itu Yesus sedang menyiapkan ladang pelayanan-Nya. Pengutusan 70 murid ini merupakan kelanjutan dari pengutusan pertama untuk memperkuat pengharapan yang sudah ditanam oleh 12 murid sebelumnya dan memperluas daerah- daerah yang belum dijangkau oleh 12 murid itu.

Makna Angka 70
Pesan yang disampaikan kepada 70 murid yang diutus kemudian ini, sama seperti pesan yang disampaikan kepada 12 murid sebelumnya. Mereka tetap diminta untuk mendatangi orang-orang Yahudi yang terhilang, tidak perlu sampai ke negeri atau kota- kota asing, dan juga Samaria. Jumlah 70 adalah angka simbolis Yahudi. Musa memilih 70 tua-tua untuk membantunya dalam memimpin dan membimbing umat dalam perjalanan di padang gurun. 70 adalah jumlah imam-imam anggota Sanhedrin, dewan tertinggi Yahudi. 70 juga diyakini sebagai jumlah bangsa-bangsa di dunia. Penulis Injil Lukas, yang mempunyai pandangan universal, meyakini bahwa suatu saat ketujuh puluh bangsa ini akan mengenal dan mengasihi Tuhan mereka.

Seperti halnya pengutusan yang pertama, mereka diberangkatkan berdua-dua. Mengapa berdua? Karena Yesus sadar betul tempat seperti apa yang akan mereka datangi. Di tengah keterbatasan mereka, tidak mudah untuk berjalan sendiri, maka berdua menjadi upaya yang diharapkan dapat saling mengisi kekosongan dan saling menopang satu dengan yang lain.

Berdoa
Yesus berkata kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja- pekerja untuk tuaian itu.” Yesus mengundang kita untuk pergi, tetapi pertama-tama Dia memanggil kita untuk berdoa. Menghadapi fakta bahwa ada kebutuhan besar dalam menyikapi hasil tuaian yang melimpah, sedangkan pekerjanya sedikit, maka kesadaran bahwa tuaian adalah milik Allah akan membuat-Nya memilih dan mengutus para pekerja ke tempat yang dikehendaki-Nya untuk bekerja, sehingga yang bisa kita lakukan adalah memohon kepada-Nya untuk mengirimkan para pekerja itu. Berdoa untuk para pekerja di ladang Tuhan merupakan pengakuan atas ketergantungan kita kepada-Nya untuk semua orang dan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pekerjaan-Nya. Karena kita sering gagal mengakui karya nyata dari doa, maka Yesus menegaskan kembali apa yang harus kita lakukan sebelum melangkah. Berdoa. Menyatakan kerapuhan dan ketergantungan kita serta meminta kekuatan dan pertolongan kepada Tuhan.

Meskipun kepada mereka diinstruksikan untuk tidak membawa pundi-pundi atau bekal, bahkan kasut, bukan berarti Yesus tidak membekali dan memperlengkapi para utusan-Nya. Namun bukan bekal materiel yang diberikan kepada mereka, melainkan kemampuan, otoritas, dan jaminan. Mereka bisa melakukan tanda-tanda ajaib atau mukjizat, menyembuhkan orang sakit, dan mengusir roh jahat. Dan mereka sangat gembira dapat melakukan hal-hal itu. Mereka kagum atas apa yang dapat mereka lakukan.

Kebanggaan yang Menyesatkan Mereka kembali dengan rasa penuh kemenangan yang dicapai dalam nama Yesus. Namun Dia melihat ada hal yang perlu dikoreksi, karena mereka belum benar-benar paham akan apa yang mereka lakukan, dan tidak mengerti esensi di balik pelayanan mereka. Yesus menasihati dan mengingatkan mereka bahwa sumber mukjizat adalah Allah, bukan kemampuan mereka.

Yesus melarang mereka membanggakan diri karena roh- roh jahat takluk kepada mereka, melalui kuasa yang Yesus berikan. Dia mengingatkan bahwa kebanggaanlah yang membuat penghulu Setan cacat dan gagal di hadapan Allah sehingga dicampakkan dari surga.

Memang benar bahwa kepada mereka telah diberikan segala kuasa, tetapi kemuliaan mereka yang paling besar adalah bahwa nama mereka tertulis di surga. Kemuliaan terbesar seseorang bukanlah apa yang telah dilakukannya untuk Allah, tetapi sebaliknya, apa yang telah Allah lakukan baginya.

Penemuan chloroform yang membuat orang tidak merasa sakit ketika dioperasi adalah salah satu penemuan terhebat dalam dunia medis. Ketika seorang wartawan mewawancarai Sir James Young Simpson, penemu chloroform, dan bertanya: “Apakah yang Anda pandang sebagai penemuan terbesar Anda?” sesungguhnya ia mengharapkan jawaban: Chloroform! Namun betapa terkejut dan terhenyaknya ia manakala Sir James Simpson menjawah: “Penemuan terbesar dalam hidupku adalah bahwa Yesus adalah Juru Selamatku.” Kebanggaan pribadi sering kali menjadi perintang orang untuk masuk ke surga; kerendahatian adalah paspor untuk dapat tampil di hadapan Allah.

Catatan Tradisi Kristen Hippolitus dari Roma (170–235), yang adalah murid Irenaeus (yaitu murid Polikarpus, yang merupakan murid dari rasul Yohanes), membuat catatan On the Twelve Apostles of Christ (“Mengenai Duabelas Rasul Kristus”), dan On the Seventy Apostles of Christ (“Mengenai Tujuh Puluh Rasul Kristus”), yang diragukan kebenarannya, karena memuat banyak nama orang yang dibuktikan tidak pernah langsung bertemu dengan Yesus. Jadi hanya diletakkan sebagai lampiran dari kumpulan tulisan bapa-bapa gereja mula-mula. Naskah ini diperkirakan ditulis pada abad ke-3, tetapi baru ditemukan kembali di biara Mt. Athos tahun 1854.
 
 
Nama ke-70 Murid
Menurut tulisannya, nama-nama 70 murid itu adalah:
1. Yakobus, saudara Tuhan Yesus, Uskup Yerusalem.
2. Kleopas, uskup di Yerusalem.
3. Matias, yang menggantikan jabatan kosong melengkapi 12 rasul.
4. Tadeus, yang menyampaikan surat kepada Augarus.
5. Ananias, yang membaptiskan Pau- lus, dan uskup di Damaskus.
6. Stefanus, syahid pertama.
7. Filipus, yang membaptis sida-sida.
8. Prokhorus, uskup di Nicomedia, yang juga mati pertama, dipercayai bersama-sama dengan putri-putrinya.
9. Nikanor, mati ketika Stefanus mati syahid.
10. Timon, uskup di Bostra.
11. Parmenas, uskup di Soli.
12. Nikolaus, uskup di Samaria.
 
[catatan: (6)-(11) adalah 7 diaken mula-mula]
 
13. Barnabas, uskup di Milan.
14. Markus, penulis Injil, uskup di Alexandria.
15. Lukas, penulis Injil.
 
[catatan Hippolitus: Markus dan Lukas termasuk mereka yang mengundurkan diri ketika Kristus berkata: “Sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.” Namun Markus kembali kepada Tuhan melalui pekerjaan Petrus, sedangkan Lukas melalui pekerjaan Paulus. Mereka berdua diberi kehormatan  mengabarkan Injil dan mati syahid, yang satu dibakar sampai mati, yang lain disalibkan pada pohon zaitun]
 
16. Silas, uskup di Korintus.
17. Silwanus, uskup di Tesalonika.
 
[catatan: banyak yang menganggap
(16) & (17) adalah orang yang sama]
 
18. Krisces (Krescens), uskup di Carchedon in Gaul.
19. Epænetus, uskup di Carthage.
20. Andronikus, uskup di Pannonia.
21. Amplias, uskup di Odyssus.
22. Urban, uskup di Makedonia.
23. Stachys, uskup di Byzantium.
24. Barnabas, uskup di Heraclea
25. Phygellus, uskup di Efesus. Ia juga termasuk kelompok dari Simon.
26. Hermogenes. Ia pun sehati dengan nama di atas.
27. Demas, yang menjadi imam ber- hala.
28. Apelles, uskup di Smyrna.
29. Aristobulus, uskup di Britain.
30. Narcissus, uskup di Athens.
31. Herodion, uskup di Tarsus.
32. Agabus, sang nabi.
33. Rufus, uskup di Thebes.
34. Asyncritus, uskup di Hyrcania.
35. Flegon, uskup di Marathon.
36. Hermes, uskup di Dalmatia.
37. Patrobulus, uskup di Puteoli.
38. Hermas, uskup di Filipi.
39. Linus, uskup di Roma.
40. Caius, uskup di Ephesus.
41. Filologus, uskup di Sinope
42. Olympus.
43. Rhodion, bersama (42) mati syahid di Roma.
44. Lukius, uskup di Laodicea in Syria.
45. Yason, uskup di Tarsus.
46. Sosipater, uskup di Ikonium
47. Tertius, uskup di Ikonium.
48. Erastus, uskup di Panellas.
49. Quartus, uskup di Berytus.
50. Apollo, uskup di Cæsarea.
51. Kefas.
52. Sosthenes, uskup di Colophonia.
53. Tikhikus, uskup di Colophonia.
54. Epafroditus, uskup di Andriace.
55. Cæsar, uskup di Dyrrachium.
56. Markus, sepupu Barnabas, uskup di Apollonia.
57. Yustus, uskup di Eleutheropolis.
58. Artemas, uskup di Lystra.
59. Klemens, uskup di Sardinia.
60. Onesiforus, uskup di Corone.
61. Tikhikus, uskup di Chalcedon.
62. Karpus, uskup di Berytus in Thrace.
63. Evodus, uskup di Antioch.
64. Aristarkhus, uskup di Apamea.
65. Markus, yang juga bernama Yo- hanes, uskup di Bibloupolis.
 
[catatan: kebanyakan menganggap Markus (14),(56),(65) adalah orang yang sama]
 
66. Zenas, uskup di Diospolis.
67. Filemon, uskup di Gaza.
68. Aristarkhus.
69. Pudes.
70. Trofimus, yang mati syahid ber- sama Paulus.
 
Reff: Ante-Nicean Fathers, ed. Alexander Roberts, James Donaldson and A. Cleaveland Coxe, vol. 5 (Peabody MA: Hendrickson Publishers, 1999
 
Sujarwo