Ajaran tentang akhir zaman merupakan salah satu ajaran yang sangat menarik bagi sebagian orang Kristen. Di dalamnya ada spekulasi tentang kapan akhir zaman itu terjadi. Maka sudah banyak ramalan dimunculkan tentang tahun, bahkan tanggal, terjadinya akhir zaman itu – yang terakhir adalah tahun 2012. Sejauh ini semua ramalan itu meleset; namun orang-orang tertentu masih saja getol menghitung kembali, dan tetap ada yang percaya ramalan seperti itu. Untunglah GKI bukan gereja yang suka menghitung-hitung kapan akhir zaman terjadi. Tapi, GKI menjadi kebalikannya, yaitu sering melupakan dan tidak menanti-nanti terjadinya akhir zaman. Padahal dalam Alkitab akhir zaman itu ada dan semestinya setiap orang Kristen merindukannya – tanpa menjadi takut, menghitung-hitung kapan, atau malas bekerja.
Tujuan
- Penatua dapat menjelaskan ajaran GKI tentang akhir zaman
- Penatua merindukan akhir zaman dengan sikap yang benar, yaitu mengisi hidup ini dengan melakukan kehendak Tuhan
Pokok Bahasan
Ada beberapa istilah terkait dengan akhir zaman yaitu kiamat, hari Tuhan, eskatologi, kedatangan Yesus kembali, langit dan bumi yang baru, serta kerajaan 1000 tahun. Kata ”kiamat” yang berasal dari bahasa Arab lazim dipakai di Indonesia, terutama di kalangan Muslim. Mereka pun menantikan hari kiamat itu, di mana nabi Isa akan datang untuk mengadili.
Hari Tuhan
Dalam Perjanjian Lama (Kitab Suci Ibrani) dikenal istilah hari Tuhan atau yom Yhwh yang merupakan kepercayaan populer tentang akan datangnya suatu hari ketika Allah secara dramatis campur tangan melepaskan umat Israel dari berbagai ketakutan dan penindasan di dunia ini, dan memberikan kemakmuran serta kemenangan. Namun nabi Amos memperingatkan: kemakmuran yang diperoleh melalui ketidakadilan membuat hari Tuhan itu sebagai hari penghakiman (Amos 5:18-27). Pembuang Israel ke Asyur dan Yehuda ke Babel diyakini sebagai penggenapan nubuat Amos. Namun di luar itu umat Israel masih menantikan suatu ”hari” ketika keberuntungan Israel akan dipulihkan dan pemerintahan TUHAN akan ditegakkan atas seluruh bumi (Yesaya 40).
Eskatologi
Di kalangan orang Kristen dikenal istilah eskatologi yang berasal dari bahasa Yunani, yang berarti ajaran tentang hal-hal terakhir. Sebagai bagian dari ilmu teologi, eskatologi merupakan usaha orang beriman yang penuh harapan Kristiani memandang ke depan sebagai masa penyelesaian yang sempurna dan definitif dari masa sekarang ini. Pada zaman baru yang akan datang itu segala sesuatu baik dan indah, adil dan damai. Maka semestinya pengharapan tentang akhir zaman itu membuat umat Kristiani bersukacita, termasuk dalam menghadapi persoalan-persoalan dalam hidup ini, memiliki motivasi untuk menjalani hidup yang benar di hadapan Tuhan, serta hidup dekat dengan Tuhan. Namun sayangnya ada banyak orang yang takut menghadapi akhir zaman itu.
Kedatangan Yesus Kembali
Bagi orang-orang Kristen, akhir zaman dikaitkan dengan kedatangan Yesus kembali (dalam bahasa Yunani parousia). Ada banyak ayat di Alkitab Perjanjian Baru yang menggambarkan kedatangan Yesus kembali. Hari Tuhan disebut hari Tuhan Yesus (2 Korintus 1:14), yang merupakan hari penghakiman (Roma 2:15-16). Hari itu akan didahului dengan tanda-tanda peringatan (2 Tesalonika 2:1-2).
Injil-injil menggambarkan janji Yesus untuk datang kembali (terutama Markus 13; Matius 24-25; Lukas 21:5-36). Kedatangan Yesus kembali diawali dengan tanda-tanda: perang, gempa bumi, kelaparan, penganiayaan karena kesaksian Injil Yesus Kristus, pembunuhan orangtua oleh anak-anaknya dan sebaliknya, dan kemunculan mesias-mesias palsu. Seringkali pemahaman orang Kristen terhadap ayat-ayat itu harfiah, sehingga bila salah satu dari tanda-tanda ini terjadi (misalnya gempa bumi), ada orang-orang Kristen yang langsung bertanya-tanya apakah Yesus segera datang kembali.
Demikian pula awal Kisah Para Rasul dituliskan pada saat Yesus naik ke surga malaikat berkata kepada murid-murid-Nya, ”Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga” (Kisah Para Rasul 1:11).
Langit dan Bumi yang Baru
Hari itu merupakan puncak penyempurnaan, di mana penghakiman seluruh sejarah diikuti pembenahan kembali dunia ini. Maka kitab Wahyu menggambarkannya sebagai langit dan bumi yang baru, di mana Yerusalem baru turun dari langit untuk menggantikan langit dan bumi yang lama (Wahyu 21). Gambarannya begitu indah: tidak ada lagi air mata, maut, perkabungan, ratap tangis, dan dukacita. Allah yang adalah Alfa dan Omega memberikan air kehidupan dan memberi kemenangan kepada orang yang percaya dan setia kepada-Nya. Tidak perlu Bait Suci, karena Allah adalah Bait Sucinya. Tidak perlu matahari dan bulan, karena kemuliaan Allah meneranginya, dan Anak Domba itu lampunya. Tidak ada lagi malam. Bangsa-bangsa akan datang menyembah, namun tak ada yang najis, keji dan dusta.
Selanjutnya sungai air kehidupan yang jernih mengalir dari tahta Allah dan tahta Anak Domba, dengan pohon-pohon yang daun-daunnya dapat menyembuhkan. Kitab Wahyu ditutup dengan penegasan tentang kehidupan kekal bersama Allah dan Anak Domba bagi orang-orang yang percaya dan setia; sedang bagi orang yang laknat hukuman yang kekal. Sekaligus juga ada ajakan untuk tetap beriman dan setia kepada-Nya.
Kerajaan 1000 Tahun
(Penjelasan berikut ini diambil dari bahan pembinaan LPP Sinode GKJ dan GKI SW Jateng yang disusun dan dipimpin Pdt. Daniel K. Listyabudi ”Memahami Kerajaan 1000 Tahun” [berupa power point], tahun 2012)
Istilah ”kerajaan 1000 tahun” diambil dari Wahyu 20:2-5.
ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya, lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya. Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun. Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama.
Kerajaan 1000 tahun disebut juga “millenium,” yang berasal dari dua kata dalam bahasa Latin” “mille” yang artinya 1000 dan “annus” yang artinya “tahun.” Milenium merujuk pada pengharapan akan pemulihan Kerajaan Allah di bumi yang berlangsung selama periode 1000 tahun, lalu hadirlah kedatangan Kristus yang kedua, dan diteruskan dengan didirikannya tata pemerintahan semesta yang baru.
Persoalannya adalah, apa yang dimaksud dengan 1000 tahun: apakah secara harafiah atau simbolis. Mewakili penulis-penulis Kristen awal, Irenaeus dari Lyons (130-200 CE) menafsirkan ayat-ayat ini secara literal/harfiah. Namun dalam perkembangannya ada konsensus bahwa semestinya hal ini mesti dipahami secara figuratif (sebagai gambaran/kiasan). Rujukan atas istilah 1000 tahun jangan dipahami sebagai sesuatu yang harfiah yakni sebagai rentang waktu sebanyak 1000 tahun berdirinya Kerajaan itu di bumi, namun lebih sebagai petunjuk alegoris mengenai kemegahan Kerajaan surgawi.
Sejak abad ke-19 gagasan Kerajaan 1000 tahun ini telah kembali meramaikan dunia kekristenan terutama di kelompok Protestantisme populer di Amerika Utara. Bahkan ramainya kembali topik ini menjadi ciri paling menonjol dari kelompok Protestan Konservatif. Di kelompok Protestan Amerika Utara setidaknya ada 3 pandangan utama yang berbeda-beda tentang topik Kerajaan 1000 Tahun/Milenium ini:
- Amillennial
- Postmillennial
- Premillennial
Posisi pandangan Amillennial adalah menolak terlibat dalam spekulasi tentang zaman akhir. Spekulasi semacam ini dapat mengalihkan perhatian orang dari urusan yang lebih penting yakni mengarahkan orang Kristen mengelola permasalahan dan pergumulan hidup di dunia ini. Sikap ini dapat ditemui pada pemikiran Protestantisme arus utama di sepanjang abad 16. Luther dan Calvin, misalnya, menolak terlibat dalam debat yang tak berguna ini. Meskipun kelompok Anabaptis waktu itu gemar mengharapkan adanya revolusi sosial sebagai buah dari intervensi apokaliptik illahi, namun sebagian besar orang Protestan di zaman itu tak terlalu menaruh perhatian tentang pokok ini, hingga pada pertengahan abad 19 ketika minat baru mengenai Millennium mulai muncul.
Pandangan Postmillennial amat berpengaruh di kalangan Protestantisme Amerika abad ke-19. Postmillenial meyakini bahwa kedatangan Kristus akan muncul segera dalam suatu masa panjang yang penuh damai dan kebenaran. Masa ini disebut sebagai Kerajaan 1000 tahun. Di masa ini Allah menegakkan kehendak-Nya dengan cara meneguhkan kemenangan manusia atas kejahatan, yang memuncak pada dunia yang terkristenkan. Menurut pandangan ini gereja memainkan peran yang penting dalam mentransformasi seluruh struktur sosial SEBELUM Kedatangan Kristus yang kedua dan berikhtiar menghadirkan masa keemasan dari perdamaian dan kemakmuran yang berdampak hebat pada pendidikan, seni, ilmu pengetahuan dan pengobatan.
Selama proses ini, gereja akan semakin memiliki pengaruh dalam mengemban tugas sebagai pembawa Kerajaan Allah yang akan datang itu di dunia. Namun kredibilitas gereja benar-benar dirusak oleh penderitaan dan kehancuran yang dibawa oleh kedua Perang Dunia, yang kemudian menimbulkan munculnya pendekatan Premillenniallis, terutama di Amerika Utara.
Pandangan Premillennial menegaskan akan datangnya figur “Antikris” di dunia ini, yang akan menghantarkan suatu masa tujuh penderitaan tahun yang disebut dengan “Tribulation” (Masa Kesengsaraan). Masa kehancuran besar-besaran, perang dan bencana di dunia ini pada akhirnya akan dihentikan oleh Allah dengan mengalahkan si Jahat dalam peperangan Harmageddon. Setelah itu, Kristus akan datang kembali ke bumi untuk memerintah dalam periode 1000 tahun (millennium), dan selama ini daya-daya kejahatan akan benar-benar ditundukkan dan dipatahkan.
Premillennium menawarkan pandangan yang amat pesimis terhadap dunia ini, dengan meyakini bahwa segala sesuatu akan memburuk di dunia dan akan tetap sedemikian hingga Allah menghantar sejarah ini sampai pada kesudahannya. Pandangan ini dengan kuat menggemakan suatu pengasingan budaya di dalam tubuh Protentantisme konservatif di Amerika, terutama dalam hal keyakinannya bahwa daya-daya anti Kristen sedang menang angin di Amerika sebagaimana terjadi di banyak belahan dunia lain secara umum. Degenerasi dunia ini dilihat sebagai tanda bahwa akhir dunia ini sudah dekat, dan dengan demikian membolehkan perkembangan negatif ini dipahami sebagai suatu penanda dari sesuatu yang positif.
Eugene Boring dalam bukunya Revelation (John Knox Press, 1989 memahami bahwa Millennium dan juga hal Kedatangan Yesus yang Kedua (keduanya hanya mendapatkan porsi kecil dalam kitab Wahyu) adalah hanya salah satu dari banyak cara yang dipakai penulis Wahyu (Yohanes) memikirkan tentang akhir zaman. Dalam galeri lukisan eskatologi Yohanes, peristiwa Kerajaan 1000 tahun terjadi di dunia ini. Langit baru dan bumi yang baru muncul di 21:1-22:5, juga bersetting di dunia ini sebagai akhir dan pemenuhan dari sejarah dunia. Inilah cara Yohanes menegaskan bahwa dunia ini adalah ciptaan Allah yang baik, yang tak selamanya terpenjara oleh kekuatan asing, namun yang pada akhirnya menjadi milik Allah. Boring menunjukkan bahwa banyak penafsir menyalahpahami bahasa figuratif Yohanes sebagai sesuatu yang objektif, proporsional dan kronologis. Para penafsir inilah yang mengembangkan istilah “Pre-millenial (Kedatangan Kristus yang ke 2 di dunia terjadi sebelum millenium), “post-millennium” (Kedatangan Kristus/parousia itu terjadi setelah kejayaan Kerajaan Allah di dumi selama 1000 tahun) dan “a-millenial” (tak akan ada Kerajaan 1000 tahun yang harfiah, baik setelah maupun sebelum kedatangan Kristus).
Bila dipaksa masuk ke skema, maka Yohanes dapat dimasukkan ke pre-millenial sebab Parousia/Kedatangan Yesus muncul dalam 19: 11-16 sementara Kerajaan 1000 tahun baru di pasal 20. Posisi Boring jika dipaksa masuk ke skema ini adalah “a-millenial.” Namun, yang harus diingat adalah bahwa pemaksaaan 3 posisi ini bisa salah kaprah dan tidak fair terhadap maksud Yohanes dalam Wahyu. Alasannya, bahasa Yohanes adalah bahasa yang bersifat figuratif-eskatologis. Inti Kitab Wahyu dalam bahasa figuratifnya adalah: TABAHLAH (Hupomone) dalam penderitaan yang sekarang dialami (oleh gereja waktu itu dan sepanjang zaman), mungkin kamu menderita dan bahkan mati, tapi siapa yang setia akan menang, sebab pada akhirnya TUHAN adalah Ia yang JAYA dan menjadikan langit yang baru dan bumi yang baru…. TABAHLAH dalam segala realitas ini. Barangsiapa menang, ia akan memperoleh mahkota kehidupan.
Cara Penyajian
- Putar potongan film ”2012” yang dapat diambil dari youtube. Tanyakan kepada peserta apakah mereka pernah nonton film tersebut, dan bagaimana perasaan atau tanggapan mereka.
- Tanyakan apakah peserta pernah membaca atau mendengar tentang kelompok-kelompok Kristen yang menghitung-hitung kapan kedatangan Yesus kembali, yang akhirnya membawa pada upaya bunuh diri masal (ada yang berhasil, ada yang tidak). Contoh-contoh:
- Kelompok Davidian Branch (Sekte Ranting Daud) pimpinan Vernon Wayne Howell (David Koresh) tahun 1990
- Kelompok Joseph Kibweteere di Kanugu, Uganda, tahun 1999-2000
- Kelompok Pondok Nabi, pimpinan Mangapin Sibuea, di Bale Indah, Bandung, tahun 2003.
- Jelaskan berbagai istilah yang dipakai di Alkitab tentang akhir zaman. Pakailah Pokok Bahasan dan power point.
- Tanyakan kepada peserta pengetahuan baru apakah yang mereka peroleh dan bagaimanakan pengertian serta perasaan mereka tentang akhir zaman.
- Jelaskan berbagai istilah yang dipakai di Alkitab tentang akhir zaman. Pakailah Pokok Bahasan dan power point.
- Tanyakan kepada peserta pengetahuan baru apakah yang mereka peroleh dan bagaimanakan pengertian serta perasaan mereka tentang akhir zaman.
Bahan-bahan yang dapat memperlengkapi
- Buku Katekisasi ”Tumbuh dalam Kristus” buku guru dan buku murid pasal 25.
- Tata Gereja GKI tahun 2009, p. 338-339.
- Sendjaja, Hendri Mulyana. Paham Akhir Zaman: Pengantar Menuju Pegangan Ajaran GKI tentang Akhir Zaman. Jakarta: Komisi Pengkajian Teologi GKI SW Jabar, 2009.
- Bahan Pembinaan LPP Sinode GKJ dan GKI SW Jateng yang disusun dan dipimpin Pdt. Daniel K. Listyabudi ”Memahami Kerajaan 1000 Tahun” (berupa power point), tahun 2012.
- Mc Grath, Alister. Theology the Basics. Blackwell, 2008.
- Boring, Eugene. Revelation. John Knox Press, 1989.
- Browning, WRF. Kamus Alkitab: Panduan Dasar ke dalam Kitab-kitab, Tema, Tempat, Tokoh, dan Istilah Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.