Karakter Kepemimpinan Kristiani

Written on 11/25/2016
Gki Pondok Indah

Memahami kepemimpinan

Rumus 1 :

Semua pakar ilmu kepemimpinan sepakat bahwa urusan inti dari kepemimpinan adalah pengaruh atau daya/power.

Rumus 2 :

Jadi seorang yang memiliki status pemimpin namun memiliki pengaruh atau tidak mampu menggunakan pengaruh bukanlah seorang yang memiliki kepemimpinan.

Dengan kata lain, seorang pemimpin diterima oleh rekan, dipercaya pemimpinnya dan didukung pengikutnya bila ia memiliki pengaruh.

Rumus 3 :

Pengaruh kepemimpinan datang dari kelebihan-kelebihannya. 

Rumus 4 :

Pengaruh kepemimpinan membuatnya mendapatkan kepercayaan dari stakeholdernya. Tanpa mendapat kepercayaan ia sudah gagal dalam kepemimpinan.

 

Apa kelebihan yang diakui orang?

Silahkan urut kelebihan-kelebihan di bawah ini yang merupakan hal yang memberi pengaruh kepemimpinan (dari yang paling utama sampai yang paling tidak penting)

  1. Status Anda di organisasi
  2. Kepakaran
  3. Reputasi karakter Anda
  4. Prestasi sebelumnya
  5. Network yang dimiliki
  6. Akses pada dana dan sumber-sumber
  7. Dedikasi dan pengurbanan dirinya
  8. Kesetiaan
  9. Dan sebagainya

 

Mengapa kita perlu pemimpin?

  • Bagi Gereja :

Menghasilkan pencapaian nyata (make things happen)

Menghasilkan pemimpin baru

Meninggalkan warisan/legacy yang significant

  • Bagi individu :

Tiap orang bertumbuh

Tiap orang terinspirasi

Tiap orang terperlihara

  • Bagi dirinya :

Ia bertumbuh dan intim dengan Tuhan

  • Bagi masyarakat luas :

Dampak positifnya nyata

 

Bagaimana kelebihan dan pengaruh dipergunakan?

Secara kasat mata, pemimpin-pemimpin sejati dapat dikenali sebagai orang yang mampu menggunakan pengaruhnya untuk :

  1. Merumuskan visi komunitasnya.
  2. Menggerakkan orang dengan menginspirasikan mereka sehingga tercapai secara nyata apa yang jadi sasaran bersama.
  3. Mereka juga menata sumber-sumber secara efektif.
  4. Mencipta keadaan yang membuat orang belajar bertumbuh dalam karakter, kemampuan, komitmen dan kontribusi mereka.
  5. Menjalin suasana dan struktur yang memungkinkan visi tadi tercapai.

 

Bagaimana pengaruh dipergunakan?

Dalam proses tadi, sang pemimpin membuat pengikutnya merasakan impian mereka bertumbuh dan dipertajam.

Menurut seorang ahli ilmu kepemimpinan, para pemimpin menyebabkan potensi atau hal-hal yang baik dari diri kita jadi kelihatan jelas.

Dalam bahasa yang lebih ilmiah, kita menyebutkan bahwa pemimpin menggunakan pengaruh untuk :

  1. Merumuskan visi bersama,
  2. Menggerakkan orang bersamanya
  3. Menghasilkan transformasi baik pada dirinya dan orang lain
  4. Menggali makna apa yang dikerjakan bersama. 

 

Ukuran pemimpin yang berhasil

Apakah pengikut merasakan impian mereka bertumbuh dan dipertajam.

Apakah potensi atau hal-hal yang baik dari diri pengikut jadi lebih kentara.

Apakah pemimpin kita berhasil merumuskan visi bersama yang semua orang mengerti dan merasa dilibatkan ketika visi tersebut dirumuskannya,

Apakah sang pemimpin mampu menggerakkan orang bersamanya untuk mencapai visi itu

Apakah sang pemimpin menghasilkan transformasi baik pada dirinya dan orang lain serta (transformasi karakter, kemampuan pelayanan, komitmen dan kontribusi)

Apakah sang pemimpin mampu menggali makna dari apa yang dikerjakan bersama.

Apakah pencapaian sasaran organisasi dapat diukur keberhasilannya?

Apakah masyarakat sekeliling merasakan dampak positif dari kehadiran sang pemimpin


Warisan konsep kepemimpinan di kalangan Kristiani

Dalam Perjanjian Baru, Kristus sendiri menekankan sikap mendahulukan orang lain, “Aku datang bukan untuk dilayani namun untuk melayani.”

Dalam Injil Markus pasal 10 terdapat pula hal sebagai berikut. “Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa yang ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya." (Markus 10:42-44)

 

Observasi pada praktek nyata kepemimpinan di kalangan gereja Kristen

Tekanan pada kepribadian sang pemimpin sebagai suatu inti Kepemimpinan Kristiani yang popular sangat kuat.

Secara populer orang yang menganut pandangan tadi menganggap, bahwa pemimpin adalah manusia-manusia langka pilihan Tuhan dan memiliki banyak kelebihan karena urapan Kuasa-Nya atas diri mereka.

Karenanya mereka memang dipilih untuk mengarahkan, membimbing dan menasehati orang-orang biasa. Patutlah bila dianggap wajar bila mereka memerintah orang biasa tadi.

Jadi, masih ada pengaruh kuat dari konsep hierarkis feodalistis yang berasal dari agama dan budaya tradisional dalam pola kepemimpinan Kristiani.

 

Kepemimpinan hamba dan Spiritualitas

Apakah konsep atau pola pikir itu cocok untuk lembaga milik gereja masa kini?

Gereja adalah persekutuan spiritual. Jadi bila pemimpin = spiritual dan inspiratif bukan karena karakter atau karisma pribadinya saja maka lembaga Gereja juga harus demikian.

 

Kepemimpinan dan spiritualitas

Spiritualitas di dalam iman Kristen dipahami sebagai suatu kualitas keintiman dengan Allah yang telah mengirimkan Putera-Nya untuk hidup menderita, difitnah, disalib, dan mati serta kemudian bangkit, bagi manusia.

Spiritualitas sejati berimbas pada karakter orangnya. Karakter Kristus dan cara kerja Kristus menjadi rujukan dan masuk menjadi bagian dirinya (bagaikan suami – istri---karater masing-masing tertular) 

Karena itu dalam komunitas seperti itu spiritualitas para pemimpinnya, harus menampilkan kepemimpinan yang :

bertumpu pada kuasa Allah,

yang menunjukkan kepedulian,

yang mendahulukan orang lain dan

yang bersedia menderita rugi atau tidak nyaman, serta

tidak menonjolkan diri demi umat yang dilayani,

lenyapnya berbagai ketakutan-ketakutannya.

Spiritualitas ini menekankan perlunya kemuliaan Allah dihadirkan dimana saja dan dalam keadaan apa saja dengan pemimpin sebagai hamba-Nya yang menciptakan suasana agar hal-hal tersebut terwujud.

 

Konsep modern: Kepemimpinan Hamba

Istilah Servant Leader atau Pemimpin hamba dimunculkan oleh Robert Greenleaf, seorang mantan staf di perusahaan American Telegraph and Telephone Company yang kemudian menjadi seorang konsultan pengembangan kepemimpinan. 

Sampai saat ini, sudah empat dekade konsep Greenleaf terus berkembang, bahkan pemerintah India memintanya menjadi konsultan mereka sebelum ia meninggal.

 

Dasar Pemikiran Kepemimpinan hamba

Ia mencatat bahwa, “kepemimpinan hamba mulai dengan perasaan alamiah untuk melayani.  Lalu muncul kesadaran untuk memilih peran sebagai pemimpin.” 

Bukti dari hadirnya kepemimpinan hamba adalah perubahan kualitas mereka yang bekerja bersamanya.  Apakah mereka semakin bijak, bebas, mandiri, sehat secara jasmani dan rohani, serta juga berminat melayani orang lain?

Ia rindu orang lain berkembang. Ia menjadi pemimpin yang melayani/hamba karena memiliki hati yang menikmati situasi melayani.

 

Ciri hadirnya kepemimpinan hamba menurut Robert Greenleaf

Pemimpin hamba memberikan teladan-teladan.  Jadi ia tidak memaksa orang untuk mengambil alih suatu perilaku atau memaksa dengan berbagai aturan hal-hal yang ia inginkan.  Ia memberikan ilham melalui demonstrasi model.

Pemimpin hamba sering bekerja dalam kerangka pikir waktu yang panjang.

Pemimpin hamba melakukan komunikasi yang bersifat dua arah

Pemimpin hamba juga dapat hidup di tengah kepelbagaian pendapat

Pemimpin hamba memberikan kepercayaan dan wewenang pada pengikutnya.  Ia memiliki gambaran positif dan optimis tentang mereka.  Ia memberdayakan mereka melalui sharing pengetahuan, skil dan perspektif.

Pemimpin hamba menggunakan persuasi dan logika untuk mempengaruhi orang selain peneladanan.

Pemimpin hamba tidak berupaya menjadi pahlawan, namun menciptakan dan melahirkan pahlawan-pahlawan.

Pemimpin hamba mengerjakan banyak hal dan juga menghindar dari melakukan berbagai hal yang orang lain dapat lakukan.

 

Aplikasi Kepemimpinan Hamba

Kelebihan :

  • Dedikasi dan pengurbanan dirinya
  • Kesetiaannya
  • Hati hamba yang melayani: sukses bila orang lain mendapatkan yang terbaik
  • Kepedulian yang besar
  • Pengurbandan diri
  • Mampu membangun komunitas
  • Status di organisasi
  • Kepakaran (mahir dalam urusan inti pekerjaannya)
  • Reputasi tentang prinsip yang dipegangnya
  • Prestasi sebelumnya
  • Network yang dimiliki
  • Akses pada dana dan sumber-sumber
  • Dan sebagainya

Hasil yang pemimpin harus capai :

  • Untuk organisasi/komunitas :

Menghasilkan pencapaian nyata (make things happen)

Menghasilkan pemimpin baru yang mandiri, leluasa dan mau melayani

Meninggalkan legacy yang significant

  • Untuk individu :

Tiap orang bertumbuh  dalam karakter, kemampuan dan spiritualitas

Tiap orang terinspirasi menjadi hamba yang melayani

  • Untuk dirinya sendiri :

Ia bertumbuh

Bagi masyarakat:

  • menjadi inspirasi dan
  • membawa simpati orang

Cara : KONSEP MCP

 

Aplikasi 1

Seorang yang ingin melaksanakan kepemimpinan hamba akan memperlihatkan beberapa ciri yang menonjol, antara lain :

  • mendahulukan perasaan,
  • mendahulukan kepentingan,
  • memperhatikan kebutuhan dan
  • memberikan masa depan yang baik bagi orang-orang yang dipimpinnya.

Prasyarat yang harus dipenuhi seorang yang ingin melaksanakan hal itu :

  • Memiliki sesuatu yang lebih indah dari pencapaian status atau materi di dunia,  yaitu ia telah mengenal dan mengalami kehadiran Tuhan secara luar biasa di dalam hidup pribadinya
  • Memiliki gambar diri yang kokoh dan sehat
  • Mengenali luka-luka batinnya

Aplikasi 2

  • Ia tidak mencintai gerejanya, programnya, birokrasi yang diciptakan, teologi yang dianutnya atau tradisinya lebih daripada mencintai Tuhan dan manusia lainnya

 

Sukses seorang pemimpin diukur bukan dari banyaknya orang yang menjadi pengikut kita, tapi dari pemimpin-pemimpin baru yang kita hasilkan.

 

Robby I Chandra

2014