Sakramen

Written on 03/10/2017
Arif Hardjana

Sakramen merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan orang Kristen. Sakramen adalah tanda dan meterai atas karya penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus untuk dunia ini.

 

Tujuan

Calon penatua memahami makna sakramen, sehingga dapat menghayatinya saat menyaksikan baptis kudus dan mengikuti perjamuan kudus

 

Pokok Bahasan

  1. Arti Sakramen

    Kata ”sakramen” berarti ”tanda” atau ”meterai.” Sakramen di gereja berarti meterai atas janji keselamatan yang Tuhan berikan kepada manusia. Berbeda dari gereja Katolik yang merayakan tujuh sakramen, gereja-gereja protestan, termasuk GKI, merayakan dua sakramen yaitu baptis kudus dan perjamuan kudus.

  2. Baptis kudus

    Baptis adalah tanda dan meterai yang menyatakan bahwa kita, orang-orang berdosa ini, sudah diselamatkan oleh karya penyelamatan Allah dalam Kristus. Kita dibaptiskan dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Dibaptiskan dalam nama Bapa berarti kita sekarang sudah masuk ke dalam lingkungan kasih dan anugerah Allah. Dibaptiskan dalam nama Anak berarti kita Anak itu sudah menyerahkan diri-Nya untuk menyelamatkan kita dan memperdamaikan kita dengan Allah. Dibaptiskan dalam nama Roh Kudus berarti Roh Kudus bekerja dalam diri kita agar kita dapat hidup sebagai anak-anak Allah.

    GKI memakai tradisi baptis dengan cara percik, yang sama sahnya dengan baptis selam.

    Yang penting bukan banyaknya air, tetapi rumusan baptisan ”dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus” dan makna baptisan itu sendiri.

    Percik dari tradisi imam memercikkan darah domba ke tabut perjanjian pada hari raya pendamaian

    Kolam selutut, dipercik

    Baptiso diselamkan, dicuci dari dosa. Air mengalir

    Melalui baptis kudus kita masuk ke dalam persekutuan umat Allah, dan menjadi anggota gereja. GKI melaksanakan baptis anak dan baptis dewasa.

    Dasar baptis anak: seisi rumah termasuk anak-anak

    Orang yang telah dibaptis anak, ketika dewasa mengamini baptis anak itu melalui sidi. Sidi bukan sakramen. Yang disebut anggota GKI adalah anggota baptis (anak) dan anggota sidi.

    Sebelum seseorang dapat dibaptis dewasa atau mengaku percaya (sidi), terlebih dahulu ia mengikuti katekisasi. Kemudian namanya diwartakan kepada jemaat selama tiga Minggu berturut-turut (aprobasi) untuk meminta pertimbangan anggota jemaat. Jika ada orang yang sakit berat, namun masih sadar dan dapat menjawab pertanyaan, dapat dilakukan baptis dalam keadaan darurat tanpa katekisasi secara utuh (hanya percakapan dan pertanyaan yang mendasar apakah ia percaya kepada Allah yang menyelamatkan melalui Yesus Kristus Sang Juruselamat), dan baru diwartakan setelah baptisan dilaksanakan.

  3. Perjamuan kudus

    Perjamuan Kudus memiliki tiga makna. Yang pertama, peringatan akan karya Kristus yang sempurna. Roti adalah lambang tubuh Kristus; anggur adalah lambang darah Kristus. Yesus telah memberikan tubuh dan darah-Nya dalam penderitaan, wafat, dan kebangkitan-Nya. Yesus sendiri mengajar murid-murid-Nya pada perjamuan malam terakhir sebelum disalibkan, ”Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Yang kedua, persekutuan. Melalui perjamuan kudus, yaitu makan roti dan minum anggur, kita dipersekutukan dengan Kristus, dan juga dengan sesama yang mengambil roti dan anggur yang sama. Yang ketiga, pengharapan. Perjamuan kudus diselenggarakan sampai Yesus datang kembali, saat kesempurnaan perjamuan dengan Kristus itu tiba.

    Berbeda dari gereja Katolik yang meyakini roti dan anggur yang sudah dikonsekrasi Pastur sungguh-sungguh berubah menjadi tubuh dan darah Yesus, GKI meyakini bahwa roti dan anggur adalah lambang tubuh dan darah Yesus. Namun berbeda dari gereja aliran Zwingli yang tidak meyakini kehadiran Yesus dalam perjamuan kudus yang sekedar lambang, GKI meyakini kehadiran Yesus dalam Roh.

    Perjamuan kudus adalah perjamuan yang penuh sukacita dan rasa syukur atas karya keselamatan yang diberikan Allah dalam Yesus Kristus untuk kita. Karena itu suasana yang dimunculkan semestinya sukacita, bukan ketakutan. Sayang sekali di GKI larangan mengikuti perjamuan kudus dipakai sebagai hukuman untuk orang yang sedang di bawah penggembalaan khusus, sehingga orang yang ”berdosa” itu tidak dapat merasakan anugerah Tuhan.

    Di GKI anak-anak yang sudah dibaptis juga tidak diperkenankan mengikuti perjamuan kudus. Namun sekarang GKI mulai mempelajari tentang keikutsertaan anak dalam perjamuan kudus.

    Perjamuan kudus di GKI biasanya dilaksanakan di gedung gereja empat kali dalam setahun, mengikuti peraturan Jenewa. Di samping itu, perjamuan kudus dapat diselenggarakan di rumah atau rumah sakit bagi anggota jemaat yang sedang sakit dan tidak dapat mengikuti perjamuan kudus di gereja.

    Sebelum mengikuti perjamuan kudus, terlebih dahulu dilakukan persiapan. Mula-mula majelis jemaat melaksanakan censura morum (dari bahasa Latin yang berarti sensor moral), yang berisi pemeriksaan diri dan kesiapan mengikuti serta ikut melayankan perjamuan kudus. Kemudian majelis jemaat menyiapkan anggota jemaat, dengan cara pembacaan formulir Persiapan Perjamuan Kudus dalam kebaktian, persekutuan doa persiapan perjamuan kudus, atau perkunjungan ke rumah-rumah anggota jemaat.

  4. Pelayan Sakramen

    Sakramen dilayankan oleh pendeta, sebagai salah satu bentuk tugas khususnya (Tata Laksana GKI pasal 101 ayat 1b). Penatua berperan membantu pelaksanaan sakramen. Dalam sakramen baptis kudus, jika banyak yang akan dibaptis, penatua dapat membaca nama calon baptisan satu per satu saat mereka harus maju untuk dibaptis. Kemudian penatua menyerahkan piagam sakramen baptis kudus kepada orang yang baru saja dibaptis. Dalam sakramen perjamuan kudus, penatua membantu membagikan roti dan anggur kepada anggota jemaat.

Cara Penyajian

  1. Tanyakan arti meterai dalam kehidupan sehari-hari (sebagai tanda pengesahan).
  2. Jelaskan bahan di atas dengan memakai power point dan fotokopi bahan.
  3. Diskusikan tentang larangan mengikuti perjamuan kudus sebagai hukuman terhadap orang yang sedang digembalakan khusus.
  4. Diskusikan tentang keikutsertaan anak yang sudah dibaptis dalam perjamuan kudus. Hasil diskusi dapat menjadi masukan kepada BPMS.
  5. Nyanyikan lagu-lagu tentang baptis kudus dan perjamuan kudus.

 

Bahan-bahan yang dapat memperlengkapi

  • Buku Katekisasi ”Tumbuh dalam Kristus” buku guru dan buku murid pasal 32, 33.
  • Tata Gereja GKI tahun 2009, p. 63-73.