GKI di Tengah-tengah Aliran-aliran Kekristenan

Written on 03/10/2017
Arif Hardjana

GKI berada di tengah-tengah berbagai macam aliran kekristenan, sehingga dapat membuat orang bingung: apa beda GKI dengan gereja-gereja lain; mengapa mesti ada banyak gereja. Bahkan anggota jemaat GKI pun seringkali tidak mengerti apa ciri khas GKI yang membedakannya dari gereja-gereja lain yang tidak seazas. Perbedaan yang dipahami seringkali hanya yang tampak dari luar, seperti GKI tidak bertepuk tangan saat kebaktian. Atau sebaliknya, ada juga yang terlalu menekankan perbedaan sehingga tidak menyadari persamaan semua gereja, yaitu percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat.

 

 

Tujuan

  • Calon penatua dapat menjelaskan perbedaan dan persamaan GKI dan gereja-gereja lain, terutama yang tidak seazas
  • Calon penatua memiliki pandangan yang tepat berkenaan dengan persamaan dan perbedaan gereja-gereja: tidak menghakimi atau merendahkan gereja-gereja lain, tapi juga tidak rendah diri (minder) sebagai anggota GKI

 

Pokok Bahasan

Pada bahan pembinaan calon penatua bertema ”Gereja” telah dijelaskan secara singkat sejarah gereja, mulai dari gereja perdana, gereja barat dan timur, sampai perpecahan gereja barat menjadi Katolik Roma dan Protestan: Lutheran, Calvinis, Zwingli, dan Anabaptis. GKI termasuk rumpun gereja Calvinis. Namun sepanjang sejarah tentu saja ada banyak perubahan dan perkembangan yang terjadi di antara gereja-gereja itu.

Secara umum dapat dikatakan bahwa semua gereja percaya Yesus adalah Juruselamat. Namun pemahaman dan penghayatan lainnya bisa berbeda. Misalnya tentang sakramen: Katolik 7, Protestan 2; baptis ada yang percik, ada yang selam; ada yang menekankan karya Roh Kudus yang hebat dan ajaib, ada yang menghayatinya dengan tenang dalam hidup sehari-hari. Maka tiap gereja memiliki ciri khas masing-masing. Apalagi gereja-gereja itu bertumbuh di daerah yang berbeda-beda di seluruh dunia.

GKI berada di tengah-tengah berbagai gereja, sehingga ada pengaruh yang mungkin masuk ke GKI atau setidak-tidaknya menimbulkan berbagai pertanyaan. Tentu saja tidak semua gereja dapat dibahas di sini, karena begitu banyaknya jumlah gereja di Indonesia. Maka berikut ini dipilih gereja-gereja yang cukup banyak dikenal di kalangan anggota jemaat GKI, yang dapat dibagi dalam dua rumpun: Anabaptis/ Baptis dan Pentakosta.

I. Rumpun Anabaptis/ Baptis

  1. Gereja Mennonite/ Anabaptis

    Gereja Anabaptis sudah ada sejak masa reformasi abad XVI. Disebut Anabaptis (dari bahasa Yunani ana dan baptizo yang berarti membaptis kembali), karena mereka membaptis ulang orang-orang yang telah dibaptis pada masa kanak-kanak. Mereka menganggap baptis anak itu tidak sah karena si anak belum dapat memberikan tanggapan atas pengampunan dosa yang ditawarkan Kristus. Anak juga belum dapat menyatakan ketaatan serta pertobatannya. Seharusnya baptis hanya diberikan kepada orang yang secara sadar memilih menjadi Kristen.

    Dengan dasar pemikiran yang sama, gereja Anabaptis juga menolak ”gereja negara” – yaitu semua warga dibaptis menjadi anggota satu gereja dengan satu pengakuan iman, yang dinilai sebagai pemaksaan pembaptisan. Semestinya anggota gereja itu percaya dengan sungguh-sungguh, tidak asal dibaptis.

    Gereja Anabaptis menolak segala bentuk kekerasan dan peperangan. Maka pada masa dulu mereka menolak menjadi pegawai pemerintah dan tentara yang dalam tugasnya sangat mungkin menggunakan kekerasan. Namun pada masa sekarang larangan itu tidak lagi ditekankan.

    Di Belanda, gerakan Anabaptis dipelopori Menno Simon (1496-1561), sehingga di Belanda kelompok Anabaptis disebut Mennonite. Mereka ini ke Indonesia dan membentuk gereja-gereja Mennonite: GKMI (Gereja Kristen Muria Indonesia, mulai 1920) dan GITJ (Gereja Injili di Tanah Jawa, mulai 1940). Pada perkembangan selanjutnya, ada gerakan Kharismatik dalam Gereja Mennonite di Indonesia, yang memunculkan gereja baru yaitu JKI (Jemaat Kristen Indonesia, mulai 1985).

  2. Gereja Baptis

    Gereja Baptis juga beraliran Anabaptis yang menolak baptis anak dan gereja negara. Istilah Gereja Baptis muncul pada abad XVII di Inggris, kemudian pada abad XVIII gereja ini berkembang di Amerika Serikat. Bahkan kemudian Gereja Baptis menjadi denominasi terbesar di Amerika Serikat, yang berkembang dalam semangat revivalisme melalui Kebaktian Kebangunan Rohani. Dari Amerika Serikat, Gereja Baptis merambah berbagai negara melalui karya misi. Lembaga-lembaga penginjilan Gereja Baptis yang datang ke Indonesia berasal dari Inggris, Australia, dan Amerika Serikat. Mereka membentuk gereja-gereja Baptis yang otonom di Indonesia.

    Ajaran Gereja Baptis sangat beragam. Tidak ada ajaran yang ketat, hanya penekanan tentang kebebasan beragama, serta pemisahan gereja dan negara. Ada Gereja Baptis yang mengajarkan ineransi (Alkitab tidak mengandung kesalahan), ada pula yang mengajarkan infalibilitas ( Alkitan berisi pengajaran yang layak ditetima dan menjadi pegangan hidup). Gereja Baptis melaksanakan baptis selam untuk orang dewasa; sedangkan Perjamuan Kudus dipahami sebagai pengenangan akan Kristus, dan dipandang seperti bagian-bagian lain dari liturgi. Secara umum dapat dikatakan bahwa ajaran Gereja Baptis adalah Calvinis, namun dipadukan dengan arminianisme, sehingga menjadi Calvinis yang evangelical.

    Tokoh-tokoh dari Gereja Baptis antara lain John Bunyan (penulis buku The Pilgrim Progress yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ”Perjalanan Seorang Musafir” dan diterbitkan BPK Gunung Mulia); William Carey;Martin Luther King Jr.; Jimmy Carter; Billy Graham; Jesse Jackson; Bill Clinton; Al Gore.

  3. Gereja Methodis

    Aliran Methodis muncul di Inggris pada abad XVIII, dengan pemimpin John Wesley (1703-1791) bersama saudaranya, Charles Wesley, dan George Whitefield. Aliran ini berawal dari kelompok ”Perhimpunan Kudus” yang melakukan pertemuan Pemahaman Alkitab dan diskusi masalah-masalah agama, bahkan mempelajari bahasa Yunani, berpuasa pada hari Rabu dan Kamis, mengadakan perjamuan kudus pada hari Minggu, perkunjungan ke rumah-rumah sakit dan penjara-penjara. Kelompok ini mengikuti secara ketat peraturan-peraturan dan jadwal yang ditetapkan – maka disebut ”methodis” yang berarti mengikuti aturan dan jadwal secara ketat.

    Di Amerika Serikat, Gereja Methodis berkembang dan membentuk sebuah lembaga pekabaran Injil America Methodis Mission. Pada awal abad XX, Lembaga Pekabaran Injil ini mulai bekerja di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan Barat, khususnya di kalangan orang-orang Tionghoa. Maka lahirlah jemaat-jemaat Manggabesar (Jemaat Ketapang); Tanah Abang; Bogor; dan Rangkasbitung – yang kemudian menjadi jemaat-jemaat Gereja Kristus dan Gereja Kristus Yesus (GKY). Sejak tahun 1922, Lembaga Pekabaran Injil ini memusatkan penginjilan di Sumatera, yang melahirkan Gereja Methodis Indonesia (GMI) yang berpusat di Medan dan menjadi salah satu anggota Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). GMI mandiri pada tahun 1964, lepas dari Gereja Methodis Malaysia yang selama itu menjadi induknya; otonomi ini dipercepat oleh adanya konfrontasi Indonesia-Malaysia. GMI terdiri dari orang-orang Batak dan Tionghoa.

    Gereja Methodis mengajarkan dosa asal, namun kerusakan gambar Allah tidak total (bandingkan dengan Calvin yang mengajarkan kerusakan total). Yang rusak total adalah moral image yang terwujud pada kebenaran, kesucian, dan kasih; sedangkan natural image yang terwujud pada spiritualitas, intelektualitas, kebebasan kehendak, dan kemampuan menguasai ciptaan, tidak rusak. Maka keselamatan berarti restorasi moral image yang rusak itu. Keselamatan adalah anugerah Allah, yang diterima dengan iman, bukan karena perbuatan manusia. Anugerah pembenaran membawa pada kehidupan baru, melalui pertobatan, iman, dan berbalik dari hidup dalam dosa masuk ke dalam hidup bersama Allah. Kehidupan baru ini merupakan proses pengejaran terus menerus sepanjang hidup untuk mencapai kesucian dan kesempurnaan hidup. Mereka yang menerima Kristus akan diselamatkan dan mereka yang sungguh-sungguh mencari kesucian hidup akan disucikan dari dosanya. Bentuk pemerintahan gereja Methodis adalah Episkopal, sehingga diketuai oleh seorang bishop.​

II. Rumpun Pentakosta

Selain dipengaruhi gereja-gereja Anabaptis/ Baptis, GKI juga seringkali dipengaruhi gereja-gereja Pentakosta.

  1. Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI)

    Gerakan Pentakosta masuk ke Indonesia tahun 1922. Aliran ini datang melalui misionaris-misionaris yang mengadakan penginjilan. Yang pertama kali datang ke Indonesia adalah orang Amerika keturunan Belanda: CE Groesbeek dan DR van Klaveren, yang diutus oleh Bethel Temple di Seattle.

    Gereja pentakosta yang pertama adalah GPDI (Gereja Pantekosta di Indonesia). Lalu gereja ini terpecah, dan pecahannya juga terpecah lagi, sehingga lahirlah gereja-gereja pentakosta: GGP (Gereja Gerakan Pentakosta) 1923, GUP (Gereja Utusan Pentakosta) 1931, Sidang Jemaat Allah 1933, GPDI Sinaga 1941, GIA (Gereja Isa Almasih) Semarang 1946, GPDI Siburian 1948, Sidang Jemaat Pentakosta 1951, GBIS (Gereja Bethel Injil Sepenuh) 1952, GBT (Gereja Bethel Tabernakel) pecahan GBIS 1957, GPPS (Gereja Pentakosta Pusat Surabaya) 1959, Gereja Nazareth Pentakosta pecahan GBIS 1960, GPDI Sianturi 1966, Gereja Pentakosta Elim 1967, GBI (Gereja Bethel Indonesia) pecahan GBIS 1969, Gereja Pentakosta Tabernakel pecahan GBT 1970, GPDI Sianipar pecahan GPDI Sianturi 1971. Yang menjadi anggota PGI: GIA, GBIS, GPPS, GGP. Lainnya bernaung di bawah PII (Persekutuan Injili Indonesia) 1971, dan DPI (Dewan Pentakosta Indonesia) 1979. Namun yang menjadi anggota PGI juga menjadi anggota PII dan DPI.

    Gerakan kharismatik masuk ke Indonesia tahun 1970-an dan mewarnai gereja-gereja pentakosta tsb. Di samping itu ada pula kelompok-kelompok persekutuan doa kharismatik yang lama-lama menjadi gereja tersendiri. Ada pula kelompok-kelompok yang tetap menjadi persekutuan doa dan bertemu di hotel-hotel (misalnya Full Gospel Businessman Fellowship). Banyak di antara mereka yang mengadakan KKR Kesembuhan.

  2. Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS)

    GBIS disebut juga Bethel Full Gospel Church, berpusat di Surabaya, berdiri tahun 1952 dengan ke luar dari GPDI. GBIS memahami gereja bukan sebagai organisasi, melainkan organisme; maka setiap gereja setempat bersifat otonom dan berjiwa fellowship. Pada tahun 1967 beberapa tokoh GBIS menggabungkan GBIS dengan Church of God dari Amerika Serikat. Beberapa orang lainnya tidak menyetujuinya. Maka pada tahun 1970 GBIS pecah menjadi Gereja Bethel Indonesia yang berpusat di Jakarta, dan GBIS yang berpusat di Solo. Salah satu GBIS yang terbesar adalah GBIS Kepunton, Solo, yang menjadi sasaran bom pada tahun 2011.

  3. Gereja Bethel Indonesia (GBI)

    GBI didirikan tahun 1970 oleh HL Senduk, sebagai pecahan dari GBIS, dan berpusat di Jakarta. Selanjutnya GBI dipimpin Jacob Nahuway. GBI menjadi anggota PGI, DPI, dan PII. GBI menekankan baptis selam (untuk orang dewasa), baptisan Roh Kudus yang ditandai dengan bahasa roh, dan kesembuhan ilahi. GBI percaya bahwa Yesus akan turun dari sorga untuk membangkitkan semua umat-Nya yang telah mati, dan mengangkat semua umat-Nya yang masih hidup; lalu bersama-sama mereka bertemu dengan Yesus di udara (seperti pada lagu Ada Pertemuan di Udara). Kemudian Yesus akan datang kembali bersama orang kudus-Nya untuk mendirikan kerajaan seribu tahun di bumi ini. Pada akhirnya semua orang mati akan dibangkitkan, orang benar akan bangkit pada kebangkitan yang pertama dan menerima hidup kekal; tetapi orang jahat akan bangkit pada kebangkian yang kedua dan menerima hukuman selama-lamanya.

  4. Gereja Bethany Indonesia

    Gereja Bethany Indonesia berpusat di Surabaya, menjadi gereja mandiri pada tahun 2003. Sebelumnya, sejak dimulai pada tahun 1978, ia menjadi bagian dari GBI. Sang pemimpin, Abraham Alex Tanuseputra, mencanangkan motto succesful bethany families. Tokoh lainnya adalah Niko Njotorahardjo yang berbeda sikap dengan Abraham Alex Tanuseputra saat Gereja Bethany Indonesia berdiri sendiri lepas dari GBI. Namun mereka kemudian melakukan rekonsiliasi.

    Teologi Gereja Bethany Indonesia adalah kharismatik, dan termasuk denominasi pentakostal. Namun demikian mereka juga menerima Pengakuan Iman Rasuli. Di samping itu mereka juga menekankan teologi kemakmuran atau teologi sukses (prosperity theology), yang meyakini bahwa kemakmuran dan sukses (kaya, berhasil, sehat sempurna) adalah tanda-tanda eksternal dari Allah untuk orang-orang yang dikasihi-Nya. Kasih Allah ini merupakan predestinasi (telah ditentukan Allah dari semula), atau diberikan sebagai ganjaran untuk doa atau jasa-jasa baik yang dilakukan seseorang. Penebusan dosa memberikan berkat kesuksesan dan kesehatan.

  5. Gereja Mawar Sharon

    Gereja Mawar Sharon berpusat di Surabaya, dimulai tahun 1984, diresmikan tahun 1989, dan melepaskan diri dari GBI tahun 2000. Pengajarannya adalah kharismatik dan pentakosta, dengan penekanan penginjilan dan penggembalaan; hidup kudus, ibadah; dan persembahan. Gereja Mawar Sharon merupakan gereja sel yang apostolik dan profetik (kerasulan dan kenabian). Sejak 2010 kelompok sel di Gereja Mawar Sharon disebut Connect Group (CG). Satu CG terdiri dari 5-15 orang, yang kemudian dibelah sebagai sel yang melahirkan CG baru – begitu seterusnya. CG dibentuk berdasarkan kelompok usia. Maka ada Eagle Kids untuk anak; Army of God untuk remaja; Pro-M Revolution untuk profesional muda; the Summit untuk pengusaha; Mawar Sharon Women untuk wanita; Mawar Sharon Senior untuk usia lanjut.

  6. Gereja Tiberias Indonesia

    Gereja Tiberias Indonesia diawali tahun 1990 sebagai bagian dari GBI, namun pada tahun 1997 ke luar dari GBI menjadi gereja mandiri, dipimpin Yesaya Pariaji. GTI berkembang dengan sangat pesat. Pada tahun 2006 salah seorang pendetanya yaitu Gilbert Lumoindong ke luar, dan mendirikan GBI Glow Fellowship Center. Gereja Tiberias Indonesia disebut juga Tiberias Ministry. Mereka menekankan kesembuhan ilahi, dengan istilah kesaksian kuasa mujizat melalui perjamuan kudus dan minyak urapan. Kegiatan GTI adalah Boanerges Kids untuk anak; Boanerges Youth Ministry untuk kaum muda; KKR Kesembuhan Ilahi dan Perjamuan Kudus; KKR Pelepasan; Pelepasan Resesi Ekonomi; Pendalaman Alkitab Pria; dan Pendalaman Alkitab Wanita. GTI meyakini baptisan selam, perjamuan kudus, minyak urapan, penyerahan anak, dan pernikahan.

 

Cara Penyajian

  1. Tanyakan kepada peserta gereja-gereja apakah yang mereka kenal. Tuliskan jawaban-jawaban pada papan tulis. Selanjutnya dari daftar gereja-gereja itu, tanyakan mana gereja yang tidak seasas dengan GKI. Tanyakan pula apa yang mereka ketahui tentang gereja-gereja itu; apakah mereka punya pertanyaan tentang gereja-gereja itu.
  2. Jelaskan bahwa ada banyak sekali gereja di Indonesia, yang dapat mempengaruhi anggota jemaat GKI – terutama yang suka mengikuti kegiatan-kegiatan gereja/ persekutuan lain. Namun demikian gereja-gereja lain yang mempengaruhi GKI dapat dibagi dua rumpun: Baptis dan Pentakosta. Pakailah Pokok Bahasan dan jelaskan dengan menggunakan power point.
  3. Diskusikan dan tunjukkan bagaimana rumpun Baptis mempengaruhi anggota GKI dengan penekankan ”jaminan keselamatan,” sedang Pentakosta mempengaruhi melalui lagu-lagu persekutuan/ pop rohani yang sering dinyanyikan di GKI tanpa kesadaran akan perbedaan ajaran.  

 

Bahan-bahan yang dapat memperlengkapi

  • Tata Gereja GKI tahun 2009, p. 359-361.
  • Aritonang, Jan S. Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996