Jejak Awal
Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada”
Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada”
“Harta yang paling berharga adalah keluarga…” Kalimat di atas adalah penggalan lagu sinetron ‘Keluarga Cemara’ yang pernah ditayangkan TVRI sekitar tahun 1996. Sinetron ini menjadi tontonan favorit saat itu karena kontennya yang mendidik dan mengajarkan nilai-nilai kehidupan. Kisahnya tentang sebuah keluarga sederhana yang jauh dari glamour tetapi hidup dalam harmoni, meskipun tidak sepi dari tantangan dan kesulitan hidup.
“Harga dari segala sesuatu adalah sejumlah
Bapak Pendeta yang baik, Mohon berkenan memberikan pencerahan atas kegelisahan dan kegemasan saya menghadapi sikap dan pandangan seperti ini dalam kehidupan bergereja di GKI yang sangat saya cintai ini:
Kej. 2:18-24; Mk. 10:2-16
Makin kita membaca berita di media cetak/medsos dan memerhatikan media elektronik, makin kita merasakan bahwa etika sopan santun telah pudar. Peristiwa tentang anak yang berani memerkarakan—bahkan membunuh—orangtuanya telah berulang kali terjadi. Mahasiswa yang berani menuntut/mengancam Presiden agar memenuhi tuntutannya. Begitu pun yang sering kita alami di masyarakat: naik kendaraan umum, jangan harap para lansia diberi tempat duduk oleh orang muda. Bahkan saat belanja, pelayan toko makin jarang berterima kasih setelah menerima pembayaran. Saat berjalan kaki dan berpapasan di mal atau di jalan raya, para usia lanjut harus minggir jika ingin selamat tidak ditubruk oleh yang muda. Belum lagi ugal-ugalan yang terjadi di jalan raya, termasuk jalan tol yang saling sikat, tanpa memedulikan keselamatan dan Undang-undang RI no. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Darat. Yang sangat menyedihkan, hal-hal seperti di atas terjadi juga di kalangan orang…
“Sampai masa tuamu Aku tetap Dia
Apresiasi, sarana pendorong dan penguat upaya membangun serta mengembangkan hubungan dalam pernikahan.
Apa harta yang paling berharga buat anak-anak?
5 W + 1 H, formula untuk bercerita, presentasi, atau membuat laporan. Namun kalau sudah bercerita, terkadang kita lupa.
Haloo Jumpa lagi dengan Mateto…
Pendalaman Alkitab Interaktif Berkurikulum (PATIBULUM) GKI Pondok Indah yang diselenggarakan mingguan tiap Jumat pkl. 19:00-21:00 yang sudah berlangsung selama lebih dari tiga tahun ini sepertinya sudah mencapai titik equilibirium-nya. Dari sekitar 70 peserta yang aktif, kehadiran per minggu berkisar di angka 50 peserta secara bergantian (kecuali pada sesi-sesi khusus, bisa menghadirkan lebih dari 70 peserta, melampaui jumlah peserta aktif yang ada). Tidak saja anggota GKI Pondok Indah di Jakarta yang hadir memenuhi kelas PATIBULUM, namun juga mereka yang berada di Melbourne, Maryland, dan tempat- tempat jauh yang lain. Ada pula anggota GKI Kebayoran Baru serta GKI Wahid Hasyim yang juga menjadi peserta aktif, yang kontribusinya juga patut diperhitungkan. Bahkan ada beberapa anggota gereja lain yang juga turut aktif hadir di kelas PATIBULUM.
~upaya mendaratkan sikap mental hidup dengan rasa cukup~
Apa yang terlintas di pikiran kita ketika mendengar istilah “Bulan Budaya”? Sering kali kita berpandangan bahwa Bulan Budaya adalah saat di mana semua yang terlibat di gereja mengenakan pakaian adatnya masing-masing, mengadakan bazar makanan tradisional, menyajikan aransemen musik bernuansa etnik, dan aspek budaya Nusantara lainnya. Tidak dapat dimungkiri, hal tersebut memang dilaksanakan di GKI Pondok Indah setiap dua tahun sekali. Pada bulan Agustus, pendeta, penatua, usher dan jemaat tampak mengenakan pakaian adat berwarna-warni sehingga suasana kebaktian dan setelahnya sangat meriah. Karena itu, Bulan Budaya acap kali menjadi momen yang ditunggu semua orang.
"Tak Kenal Maka Tak Sayang"
Yesus: MIlik Muslim atau Kristen?
~sebuah upaya untuk menjaga fokus pemberitaan Injil Keselamatan ~
Shalom, Salam sehat selalu dalam lindungan kasih Tuhan Yesus.
Baru-baru ini, tanggal 13 Oktober yang lalu, Badan-POM mengumumkan ada 53 herbal, jamu, dan suplemen yang mengandung bahan kimia obat (BKO). Sebagian berbahaya bagi kesehatan karena mengandung logam berat dalam kosmetik yang berbahaya bagi kesehatan, sebagian lagi tidak menyehatkan kalau dikonsumsi untuk waktu lama. Apakah ini tergolong hoaks juga? Masyarakat perlu tahu.
Konon, masyarakat kita dianggap sebagai masyarakat yang “kepo”. Misalnya, kalau ada kecelakaan di jalan tol maka terjadi kemacetan di jalur tersebut. Namun anehnya, kemacetan juga terjadi di jalur yang berlawanan, karena kendaraan yang lewat memperlambat jalannya lantaran ingin tahu dan ingin melihat apa yang terjadi. Contoh lain, kalau ada kebakaran, maka masyarakat berbondong- bondong datang hanya untuk menonton, ingin tahu apa penyebabnya dan tentunya menonton cara petugas pemadam kebakaran beraksi. Contoh lain lagi, pada waktu terjadi penembakan pos polisi di jalan Thamrin beberapa tahun yang lalu, alih-alih menyelamatkan diri dan menjauh dari TKP, masyarakat malah mendatangi tempat tersebut, bahkan berfoto-foto di sana walaupun sudah diberi garis polisi.
Hatimu hancur, hingga tak punya konsep kepentinganmu sendiri
Kehampaan yang menyakitkan makin mendesak dan merusak
Kesombongan terasa menguasai kehendakku